Makassar, – maupa.id – Malam ramah tamah digelar untuk menghantar purna tugas Ir. Jusman, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan. Gelaran akbar di penghujung tahun digelar pada Jumat malam (27/12 2024) di Max Ballroom Lantai 3, Hotel MaxOne Makassar, Jl. Taman Makam Pahlawan Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Ir.Jusman hadir didampingi Ketua Perwita Sulsel , Ny. Sri Endang Jusman. Keduanya nampak bersahaja mengenakan setelan gaun batik nusantara menambah romantisme sosok nakhoda di BBKSDA SulSel sejak 2022 silam. Perjalanan panjangnya menjadi seorang abdi negara dilaluinya sejak Tahun 1993 saat pertama kali menjadi CPNS.
Kilas Balik Perjalanan Karir Jusman Muda
Perjalanan sosok pria muda bernama Jusman, saat berkarir di bidang konservasi. Dimulai dari pendidikan kehutanan di Universitas Hasanuddin (Unhas) pada tahun 1983 hingga 1989. Semasa kuliah, ia aktif berorganisasi di Sylva Indonesia dan terpilih sebagai salah satu panitia penyelenggara Konferensi Nasional Sylva Indonesia tahun 1986. Pengalaman ini mengasah jiwa kepemimpinannya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, selepas menimba ilmu. Sang rimbawan muda dengan panggilan gaul ” Bondro” semasa di bangku kuliah ini terjun pertama kalinya di dunia kerja di Kab. Poso. Disinilah kisah cintanya berlabuh pada sang pujaan hati yang menjadi Pendamping setia hingga saat ini.
Sosok wanita bernama Sri Endang Wahyuni membuat sosok Jusman muda memantapkan hatinya untuk menyunting pada 5 Desember 1992 menjadi istri, Sang pujaan hati tercinta hingga saat ini.
Biduk pernikahan tahun 1992 dilalui. Rentang awal mula sosok Jusman muda terbang ke Jakarta mengikuti tes seleksi CPNS.
Sementara sang istri tinggal di Kabupaten Bone. Jarak dan Waktu menjadi ujian pertama bagi kedua pasangan muda pengantin baru ini.

Mengabdi Sebagai PNS di Taman Nasional
1 Maret 1993 merupakan tahun pertama Jusman muda berkarir sebagai PNS sebagai Staf Pemantauan dan Pengevaluasi Kegiatan Taman Nasional pada Seksi Penyusunan Program dan Pelaporan Balai Taman Nasional Bali Barat, Departemen Kehutanan. Kemudian pada tahun 2002 dipercaya menduduki jabatan struktural sebagai Kepala Seksi Konservasi di Balai TN Bromo Tengger Semeru, selanjutnya 2003-2007 didaulat menjadi Kepala Seksi Konservasi Wilayah ( SKW) III Tumpang di Malang.
Perjalanan karir semakin berlanjut, kian terasah menjadi Rimbawan yang tak cengeng. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( TNBTS) menjadi lanjutan kawah candradimuka pada 2007-2009 sebagai Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah II di Lumajang.
Lewat tangan dinginnya, untuk pertama kalinya di Puncak Mahameru di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( TNBTS), sebagai Inspektur Upacara HUT Kemerdekaan RI tepat pada 17 Agustus 2002 menjadi saksi bisu sejarah baru bagi TNBTS. Hal ini menjadi pendorak kebiasaan lama setelah sebelumnya dari tahun ke tahun Peringatan HUT Kemerdekaan RI lazim hanya dilakukan oleh para Komunitas Pencinta Alam ( KPA).
Tujuan Ir Jusman tak lain adalah menjajal tantangan baru sekaligus merasakan betapa kecilnya sosok manusia laksana butiran debu diatas segala ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tak ayal kehadiran sosok Jusman disambut riuhan dan tepukan semangat dari para pegawai TNBTS dan sahabat KPA yang mengikuti Peringatan Upacara di Puncak Mahameru dengan ketinggian 3.676 meter.
Pasca berkhidmat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( TNBTS) Ia melanjutkan tugasnya di Balai Taman Nasional Siberut di Sumatera Barat. Dirinya mengemban amanah sebagai Kepala Balai ( 2009-2013).
Sosoknya yang mudah berbaur bersama staf dan keluarga besar .Sosoknya merupakan pemimpin yang paling sering terjun kelapangan. Tak begitu mudah langsung berbaur dengan masyarakat asli Kepulauan Mentawai. Namun berkat kegigihannya dan pendekatan yang humanis akhirnya keberadaan Taman Nasional Siberut mulai lebih diterima di tengah tengah masyarakat asli tersebut.
Setelah perahu karirnya tertambat di Pulau Sumatera. Akhirnya sauh diangkat berlayar kembali menuju Pulau Sulawesi. Perjalanan kian panjang menanti. 20 Juni 2013 hingga 26 Februari 2018 menjadi saksi bisu. Dengan kearifan budaya dan kekayaaan biodevirsitas kekayaan laut yang luar biasa. Taman Nasional Taka Bonerate menjadi karir selanjutnya. Didaulat kembali menjadi Kepala Balai tak ayal sosok Jusman tetap bersemangat mengembangkan jiwa kepemimpinan lewat tangan dinginnya. Menurutnya, Konservasi dan kesejahteraan masyarakat bisa seiring sejalan tanpa harus saling mengorbankan.
Bak untaian sebuah lagu dari Koes Plus berjudul ‘Seiring Sejalan’
“Bersama-sama kita berdua..
Di taman bunga dan belantara..
Sesuai dengan kesepakatan .
Dalam kasih dan sayang…”
Pendekatan langsung ke Masyarakat melalui dialog hingga ke Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar, sebelum tindakan represif dilakukannya. Mengingat pertama kali saat menjabat sebagai Kepala Balai, Masalah eksploitasi Sumber Daya Laut seperti bom ikan dan penggunaan bius untuk ikan hias serta penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Jusman percaya bahwa perubahan hanya bisa terjadi jika ada solusi yang membawa manfaat bagi kedua belah pihak.
Selanjutnya potensi ekowisata keindahan bawah laut Taka Bonerate dengan terumbu karang unik dan populasi hiu muda di Pulau Tinabo dapat menarik wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Ia menyadari harus dilakukan hati hati terutama pengembangan ekowisata. Dirancangnya strategi pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Berfokus pada kualitas pengalaman wisatawan , bukan mengejar nilai kuantitas. Langkah langkahnya antara lain; pembatasan jumlah pengunjung, pemandu wisata masyarakat lokal hingga peraturan ketat bagi wisatawan. Dibawah kepemimpinannya TN Taka Bonerate menjadi simbol harapan masa depan konservasi laut di Indonesia dimana kawasan ini mendapat pengakuan sebagai anggota Jaringan Cagar Biosfer Dunia.
Setelah berkiprah di Kepulauan Selayar, Ia kembali diamanahkan menjadi Kepala Balai Taman Nasional Lore Lindu yang berkedudukan di Provinsi Sulawesi Tengah (2018-2021). Pencapaian pada penyediaan zona tradisional pada kawasan TN Lore Lindu menjadi cikal bakal terjalinnya kemitraan monservasi pemberdayaan masyarakat. “Mutual respect, Mutual trust, Mutual benefit” selalu menjadi landasan prinsip dalam menjalin kerjasama konservasi.

Berkhidmat sebagai Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Selatan
Tampuk kepemimpinan estafet organisasi kembali berotasi, sosok rimbawan ini kembali dipercaya memimpin Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam ( BBKSDA) SulSel Ditjen KSDAE pada 31 Januari 2022 hingga penghujung Desember 2024 ini.
Memimpin Dua Organisasi Besar di 2024, Menjadi Pejabat Lillahi Ta’ ala. Medio Januari Tahun 2024 menjadi babak sejarah baru. Sang Nakhoda dengan tanda pangkat satu bintang saat mengenakan seragam dinas Polisi Hutan ( POLHUT) dipercaya kembali memegang organisasi baru.
Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Sulawesi dan Maluku (P3E SUMA) Sekretariat Jenderal KLHK kembali diamanahkan kepada sang Jenderal Lapangan. Berkhidmat di P3E SUMA kembali menapak tilas dalam pikiran sanubarinya. Perpaduan pengalaman berorganisasi lewat beberapa Balai Taman Nasional hingga Balai Besar KSDA membawa perbendaharaan khazanah jiwa rimbawannya.
Permasalahan lingkungan yang menjadi fokus utamanya. Mendorong Pihak Kabupaten Kota di Sulawesi dan Maluku untuk memperbaiki nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup ( IKLH) , Mendorong KPH atau Kesatuan Pemangku Hutan agar lebih efektif menangani permasalahan Sampah serta mengawal Tim AMDAL agar berjalan dengan baik.
Tak ayal dalam kurun waktu 6 (enam ) bulan ritme kerja makin padat. Tak jarang pulang hingga malam hari. Mengingat kecepatan pelayanan sebagai pimpinan di kedua instansi besar ini sangat dibutuhkan. Banyak quote saat menjabat lewat pengalaman berpuluh tahun yang sempat dilontarkannya. Pesan lewat canda terasa ringan namun mengena penuh makna tak jarang memancing gelak tawa.
Beberapa quotesnya antara lain; “Plt itu kita berprinsip adalah Pejabat Lillahi Ta’ala, semua dikerjakan tulus dan ikhlas”
“Bukan kekuatan dari senjata api yang menyalak, Tetapi ada hal yang lebih dahsyat.Yakni kekuatan senjata lewat komunikasi”
“Ini bukan soal data tetapi Kualitas Lingkungan Hidup yang ingin kita capai. Bagaimana kita mau rasakan di lapangan. Bagaimana semua stakeholder kita ikut juga merasakan”
“Mana yang penting mendesak, Penting tapi tidak mendesak, Mendesak tapi tidak penting, Tidak mendesak tidak penting”
“Kerja kerja dunia konservasi tak akan pernah habis hingga dunia kiamat”
Bon voyage Uncle Bondro. Bondro, adalah panggilan akrab kawan- kawannnya semasa di kampus untuk pria yang bersahaja ini. Sosok pria kelahiran Kabupaten Bone Tahun 1964 yang mengenyam pendidikan di Unhas ini, Perlahan akan memasuki purna bhakti pada 31 Desember mendatang. Terimakasih karya bakhti untuk NKRI, Rimbawan sejati tak pernah berhenti berkarya untuk Negeri.
Penulis:Ismi Hehamahua
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan