– Maupa.id – Air adalah unsur bumi yang sangat vital. Tanpa air, keberlangsungan ekologi tak berjalan. Krisis air bersih menjadi salah satu momok di beberapa negara. Apalagi musim yang berubah tak menentu. Masalah ini bahkan masuk dalam tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Masyarakat perkotaan hanya mengandalkan air tanah dan penggunaannya tentunya sangat tinggi, apalagi tahun demi tahun populasi terus bertambah. Belum lagi masalah pencemaran air tanah di perkotaan karena padatnya penduduk yang hanya terus menerus memanfaatkan air tanah tanpa memikirkan kualitas air yang digunakan. Hal inilah yang dinilai oleh Sri Wahyuningsih sebagai tantangan
Pengambilan air tanah yang berlebihan yang diperparah oleh meningkatnya konversi lahan menjadi areal pemukiman, perkantoran, maupun komersial akan memicu terjadinya kelangkaan air tanah. Dalam kondisi seperti ini, alternatif sumber air seperti pemanfaatan air hujan perlu dipertimbangkan sebagai pilihan menarik yang murah, sehingga dapat mengurangi konsumsi air bersih (portable water) (Zhang et al., 2009).
Sri Wahyuningsih, perempuan asal Sleman Yogyakarta terdorong untuk ikut menyelesaikan masalah krisis air di Indonesia. Sri yang merupakan pendiri banyu bening telah bergerak mengabdi di tengah masyarakat dengan bentuk membuat sistem pengubah air hujan menjadi air layak minum. Ia memberikan air minumnya secara gratis bagi masyarakat sekitarnya yang membutuhkan.

Menurut Sri dalam liputan DW Indonesia, Air minum yang ia hasilkan dari konsep elektrolisa air. Keunggulan dari teknologi yang ia buat adalah air dapat diubah menjadi dua bentuk yaitu air asam dan basah. Air asam untuk kesehatan kulit dan air basa yang layak untuk di minum. Ia menggunakan toren dengan filterisasi yang dibuat sedemikian rupa untuk menampung air hujan. Sri mendirikan komunitas banyu bening pada tahun 2019 yang bertujuan mengedukasi masyarakat agar melek masalah krisis air bersih dan menunjukkan bahwa air hujan dapat diubah menjadi layak minum. Di Yogyakarta, ada sekitar 3.675.602 orang berpotensi terdampak bencana kekeringan.
Menurut Agus Prasetyo, Dosen Universitas Gajah Mada yang juga salah satu relawan komunitas Banyu Bening, air hujan sebenarnya dapat dimanfaatkan dan diubah menjadi layak minum untuk mengatasi masalah krisis air. “Masyarakat membeli air dari perusahaan, namun perusahaan mengekploitasi air. Padahal kalau kita mau memanen air hujan, satu kawasan memiliki sentra pemanenan air hujan, masalah kirisis air akan terselesaikan”tuturnya.

Menurut sri, tantangannya hanyalah pada edukasi masyarakat yang belum sadar akan masalah krisis air. Padahal menurutnya curah hujan Indonesia sangat luar biasa, sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum. Dari aksi sedekah air hujan yang dilakukan sri, banyak warga yang tadinya meminta air gratis darinya, kini melakukan aksi serupa yang dilakukan oleh sri
Penulis: Muhammad Fauzy
Sumber Foto: Facebook Sekolah Air Hujan Banyu Bening