Parepare,- Maupa.id – Ilham Habibie kembali menginjakkan kaki di Parepare, tanah kelahiran ayahandanya Bapak Presiden ke-3 BJ Habibie. Kedatangan Ilham untuk melantik pengurus baru Forum Insinyur Muda (FIM) Sulawesi Selatan periode 2024-2027 pada 27 Februari lalu di Rumah Jabatan Walikota Parepare. Hal ini sesuai kapasitasnya selaku ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PPI).
Selain melantik, Ilham juga memberikan orasi ilmiah di hadapan para insinyur muda. Ilham begitu bahagia melihat antusias para insinyur muda. Sejak dilantik desember lalu sebagai ketua PII, FIM Sulsel menjadi cabang pertama yang ia lantik. Baginya ini menjadi pertanda baik untuk perkembangan organisasi. Terlebih momen ini berlangsung di kampung halamannya di Kota Parepare.
Ilham memulai orasinya dengan mengangkat kasus di negara-negara yang teknologinya berkembang pesat. Salah satu faktor yang mendorong kemajuan teknologi di satu negara adalah sumberdaya manusianya (insinyur) yang mumpuni. Baginya Indonesia sejak dulu sudah punya daya saing di industri teknologi, salah satunya industri pesawat terbang.

“Negara-negara maju di dunia punya satu hal, industrinya yang kuat. Pertanyaannya apakah kita bisa seperti mereka, tentu bisa, kita dulu pernah bikin pesawat, kita bisa membuat produk berteknologi tinggi, kita bangsa yang kuat, juga dengan sejarah kita, jadi sekali lagi kita butuh industri dan insinyur punya peran disitu,” ujarnya.
Banyak negara-negara maju yang potensi SDA minim, sehingga mereka perlu berinvestasi di bidang teknologi. Kondisi ini sejalan dengan permasalahan yang dialami Indonesia, negara yang punya SDA melimpah, namun perkembangan industri kita tidak terlalu pesat. “Industri kita lemah, kita lebih sering mengimpor produk industri dari luar, dan mengekspor SDA kita. Kita bisa memperbaiki itu dan itu perlu adanya re-industrialisasi,” tegas Ilham.
Salah satu upaya dari re-industrialisasi adalah hadirnya Dewan Insinyur Indonesia. Dewan Insinyur di dalamnya punya perwakilan dari lintas sektor, dari pemerintah, industri, akademisi, organisasi PII dan masyarakat madani. Mereka bertanggung jawab untuk memutuskan hal-hal yang terkait ke-insinyuran, seperti standarisasi insinyur, alas hukum, kebijakan makro, dan hal lainnya yang berhubungan dengan pemberdayaan profesi insinyur.
Ilham juga menyoroti serapan lapangan kerja profesi insinyur yang masih kurang. Banyak dari insinyur yang belum mempunyai pekerjaan. Hal ini disebabkan perkembangan industri kita yang melambat, sehingga tenaga ahli di bidang teknologi banyak yang menganggur.
“kenapa kita butuh itu? Jadi hal yang terkait reindustrialisasi ini, buat apa kita punya insinyur kalau disini tidak ada tempat kerja dimana dia bisa berkarya sebagai insinyur. dan tempat insinyur ada di Industri. Insinyur akan menjadi pelaku utama perkembangan teknologi dan inovasi,” sambung Ketua PII.
Untuk itu, Ilham berharap FIM akan menjadi wadah bagi insinyur muda untuk mengembangkan skill keprofesiannya. Sehingga kedepannya regenerasi insinyur akan berjalan dengan baik. Juga untuk daya saing insinyur baik di dalam maupun di luar negeri.
Penulis: Azwar Radhif
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan