Luwu – maupa.id – Menurut Ibu Hadoyang, berkat bantuan MDA berupa pengadaan bibit dan bimbingan dari Agribusiness Officer (AO) atau petugas agribisnis MDA, ia memahami cara budidaya nanas dan berhasil melakukan panen perdana pada Agustus 2024 silam. Sekarang, nanas yang telah dibudidaya di pekarangan rumahnya itu terus berbuah.
“Bersyukur karena sudah panen, meskipun belum masih puluhan buah, tapi saya bersyukur karena sudah ada hasil. Harga jualnya juga bagus. Saya jual paling murah 15 ribu per buah kalau yang besar sampai 25 ribu perbuah,” jelas Ibu yang memberdayakan lahan tidur di pekarangan rumahnya ini untuk dijadikan demplot atas dukungan dan bantuan MDA.

Awalnya, kisah Hadoyang, pihak petugas MDA mempresentasikan tentang varietas nanas sebagai komoditi ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatannya. Setelah dibimbing oleh AO MDA, Hadoyang yakin dan bersedia menanam nanas. Maka pada Februari 2024 silam, ia melakukan penanaman perdana. Menurut ibu dua orang anak yang telah sarjana ini, bukan hanya dirinya yang tertarik tapi Sekretaris Desa Saronda juga sudah melakukan penanaman.
Menurut pengalaman Hadoyang, komoditi nanas mudah dibudidayakan karena hanya satu kali menanam sudah dapat terus berbuah. Bibit nanas juga sudah mudah didapatkan karena indukan nanas yang ditanam di demplot juga sudah menyediakan anakan nanas yang tumbuh disamping bakal buahnya. Dengan demikian, bukan hanya panen buah tapi ia juga dapat mengembangkan pembibitan nanas ke depan.
“Sudah banyak yang minta bibitnya tapi saya tidak kasih karena saya juga masih mau tanam. Nanti, bisa juga saya jual karena bibit nanas saya ini bagus. Buahnya ada yang besar-besar, ada sampai 2 atau 3 kg beratnya barangkali,” jelas Hadoyang yang mengakui bahwa tanaman nanas dapat menjadi penghasilan utamanya selain jagung.
Saat ini, Februari 2025, Hadoyang mengaku telah menanam sebanyak 400 pohon nanas. Sebagian dari jumlah itu sudah ia kembangkan dari indukan nanas yang juga sudah menghasilan bibit.
Hadoyang berencana mengembangkan nanasnya sampai 1000 pohon tergantung ketersediaan lahannya karena ia mengaku memiliki lahan terbatas.

“Nanti saya mau minta lahan keluarga yang tidak digarap. Jadi saya akan kembangkan terus nanas ini karena harganya bagus. Anakannya juga bisa saya perbanyak” jelas Hadoyang optimis.
Menanggapi ketersediaan pasar, Hadoyang, yang didampingi AO MDA, mengatakan bahwa pasar nanasnya tidak ada masalah. Karena permintaan dari Kota Palopo dan masyarakat sekitar saja belum dapat dipenuhi semua. Jadi, pasar nanas di Luwu masih terbuka lebar.
Sementara itu, AO MDA, Ichsan, menjelaskan bahwa jenis nanas yang dibudidayakan di demplot Bu Hadoyang adalah jenis nanas honi sunpride dan madu. Menurut Ichsan, jenis nanas sunpride besar-besar buahnya dan manis. Sedangkan jenis madu, meskipun buahnya relatif lebih kecil dari jenis sunpride tapi nanas madu juga manis dengan aroma dan teksturnya yang khas.
Lebih jauh, Ichsan menjelaskan bahwa melalui demplot nanas ini masyarakat Desa Saronda memahami potensi ekonomi dari budidaya nanas. Diharapkan, nanas menjadi komoditi andalan Desa Saronda. Apalagi, dari demplot yang ada, petani sudah mampu mengembangbiakkan pembibitan sendiri bahkan sudah merasakan potensi ekonomi yang besar dari komoditi nanas ini.
“Kita harapkan, komodiri nanas akan terus dikembangkan masyarakat karena pasarnya terbuka luas. Nanas yang dijual di Belopa dan Kota Palopo umumnya masih didatangkan dari luar Luwu, bahkan ada nanas yang didatangkan dari Kalimantan. Jadi pasarnya luas,” urai Ichsan.
Ichsan yang merupakan ahli sosial ekonomi (Sosek) pertanian ini juga berharap agar pada masa datang, petani dapat lebih mandiri mengelola pertaniannya sendiri. Karena MDA sudah memberikan penguatan dan pengalaman pembelajaran melalui program demplot ini.
“Apalagi, jenis komoditi nanas sejalan dengan program makanan bergizi yang dicanangkan pemerintah karena nanas mengandung sumber gizi yang banyak dan bagus untuk kesehatan,” tandas Ichsan.
Penulis: Syamsuddin Simmau
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan
Foto/video: Dok. maupa.id