Ambisi Kota-kota di Eropa Mengatasi Perubahan Iklim Menuju Smart Cities

Emisi yang dihasilkan daerah perkotaan menyumbang dampak terhadap perubahan iklim secara global, namun beberapa kota-kota di Eropa mempunyai strateginya masing-masing terhadap permasalahan tersebut. Mulai dari penutupan PLTU Batu-bara di Helsinki hingga perancangan pembangunan perkotaan yang ramah lingkungan di Limassol untuk mengatasi cuaca panas yang ekstrim.

Maupa.id – Area perkotaan adalah tempat yang paling berdampak pada peningkatan efek gas rumah kaca, disebabkan oleh bertambahnya populasi tiap tahunnya. Efek gas rumah kaca adalah salah satu faktor pendukung perubahan iklim. Beberapa dekade ini dilaporkan beberapa kota di dunia dilanda cuaca panas yang ekstrim, musim hujan yang tak menentu dan masih banyak lagi. Manusia membutuhkan beragam alat untuk menjalankan aktifitas sehari-harinya, mulai dari alat elektronik hingga transportasi. Transportasi, menyumbang sekitar 15% dari total emisi sedangkan manufaktur, menyumbang sekitar 12% dari total emisi. Hal inilah yang mendorong beberapa kota di dunia untuk berambisi mengatasi, menyiasati dan mendesain lingkungannya agar meminimalisir perubahan iklim yang ekstrim. Berikut adalah beberapa kota dengan langkahnya masing-masing mengatasi perubahan iklim:

Integrasi Antar Kota di Slovenia, Merancang Kota yang Ramah Lingkungan

Slovenia terkenal dengan topografi, bentang alam, hutan yang terjaga dan danaunya yang indah. Ljubljana, Kranj dan Velenje adalah contoh perkotaan di Slovenia yang saat ini saling berintegrasi untuk mencapai lingkungan kota yang ramah lingkungan. Ketiga kota ini menjadi bagian dari kota yang berpartisipasi dalam misi UE yaitu 100 kota cerdas dan program kota percontohan. Ketiga kota tersebut memiliki langkahnya masing-masing dalam penanganan perubahan iklim namun saling mendukung satu sama lain.

Kota Kranj tengah merintis aplikasi Mobility as a Service (MaaS) untuk mobilitasnya guna menekan angka ketergantungan mobil pribadi. Sementara Velenje lebih berfokus pada pengembangan energi terbarukan dan mengganti batu bara sebagai sumber utama energinya. Di sisi lain, kota Ljubljana memanfaatkan energi dari hasil limbah berlebihnya.

Kota Ljubljana diketahui sedang mengembangkan alat pemantau emisi digital secara real time dan memasukkannya ke dalam data yang dihimpun tiap tahunnya. Harapannya alat tersebut dapat digunakan pegawai atau pelayan publik dalam mengambil keputusan yang tepat untuk membangun areal perkotaan yang  berkelanjutan.

Lihat Juga:  Antoine Moses, Pemuda Kanada Pecahkan Rekor Internasional Menanam 23.060 Pohon dalam 24 jam

 “Kami menyatukan akademisi, LSM, sektor swasta dan warga negara untuk menciptakan solusi yang bekerja untuk semua orang. Motivasi utamanya adalah untuk mengubah mentalitas di balik transisi hijau, yang berarti kita perlu mengubah kebiasaan dan segera untuk mencapai tujuan netralitas iklim bersama. Perubahan ini tidak harus besar atau ekstrim – langkah-langkah kecil akan membawa kita ke atas daripada tindakan terburu-buru” kata Dinevski, anggota tim transisi Ljubljana dan manajer “UP-SCALE” Pilot Cities Project. Dilansir dari laman netzerocities.

Helsinki Komitmen Tutup Pembangkit Listrik Tenaga Batu bara

Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Hanasaari, Helsinki. Foto: Helen (hel.fi)
Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Hanasaari, Helsinki. Foto: Helen (hel.fi)

Helsinki adalah ibu kota sekaligus kota terbesar di Finlandia. Kota ini terletak di bagian selatan Finlandia. Pada tahun 2012, Helsinki dinobatkan sebagai World Design Capital oleh Dewan Intenasional Perkumpulan Desain Industri. Helsinki yang terkenal dengan berbagai macam industrinya tidak kompromi dalam masalah penanganan perubahan iklim, sebab menurut pembuat kebijakan kota Helsinki, permasalahan perubahan iklim adalah masalah yang krusial yang berdampak global. Hal ini dibuktikan dengan komitmen Helsinki untuk menutup Pembangkit Listrik Tenaga Batu baranya, walaupun Pembangkit Listrik Tenaga Batu bara menjadi sumber penghasil pasokan listrik utamanya. Helsinki juga tengah diketahui memperluas jaringan tranportasi umumnya untuk menekan emisi yang dihasilkan dari sekian banyaknya penggunaan jenis transportasi.

“Penutupan PLTU Hanasaari adalah perubahan penting dan bersejarah bagi Helsinki, Finlandia dan, pada akhirnya, seluruh planet. Kota-kota di seluruh dunia telah mengambil peran utama dalam perang melawan perubahan iklim, mempromosikan tindakan negara dengan upaya mereka. Helsinki ingin menjadi pelopor yang berani, baik di tingkat nasional maupun global. Fakta bahwa kita telah mampu dengan tegas bergerak maju dengan rencana kami untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara besar di kota kami, di tengah-tengah situasi dunia yang mengganggu, adalah indikator kuat dari tekad kami di daerah ini, ”kata Walikota Helsinki Juhana Vartiainen dilansir dari laman hel.fi

Lihat Juga:  Musim Hujan Tiba, Pahami Kearifan Leluhur Masyarakat Luwu untuk Mitigasi Bencana
Mengubah Sikap dan Sudut Pandang untuk Mengalahkan Cuaca Panas Ekstrim di Limasssol

Limassol adalah kota dari negara Siprus (Negara di Timur Tengah) yang dikenal dengan salah satu pelabuhan tersibuk di kawasan Mediterania. Cuaca panas ekstrim sering melanda kota ini, namun strategi utama Limassol dalam menghadapi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan proyek-proyek infrastruktur hijau seperti menanam lebih banyak pohon, memasukkan elemen air ke dalam bagian desain pembangunan perkotaan dan meningkatkan permeabilitas tanah serta memasang sistem pendingin cerdas.

Strategi utama kota Limassol tersebut melibatkan pendekatan lokal dan kemudian semakin luas hingga akhirnya mengubah sikap dan sudut pandang secara massif. Solusi inovatif akan datang dari pertimbangan penuh tentang siapa yang memutuskan apa yang akan dikerjakan di kota dan bagaimana keputusannya dibuat. Sejauh ini, Limassol intens mengadakan berbagai lokakarya yang dapat menyatukan staf kota, para ahli dan warga diundang untuk mereka belajar dampak perubahan iklim di kotanya. Harapannya kegiatan tersebut dapat membuahkan hasil pertimbangan untuk solusi perancangan tempat kerja dan rumah-rumah mereka.

Penulis: Muhammad Fauzy Ramadhan

Foto: Ilustrasi Unsplash.com

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER