Kreatif, PKK Desa Bone Lemo Kreasi Gulma Jadi Kerajinan Bernilai Ekonomis

Kerajinan Lito Bone Lemo terbuat dari gulma yang disebut lito menjadi karya kerajinan yang telah sampai di Belanda. Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Bone Lemo, Hardianti Tira, SH, menjelaskan pernyataan ini kepada maupa.id.

Luwu – maupa.id – Ketika itu, Sabtu, 20 Oktober 2024, tim maupa.id berkesempatan menghadiri acara Pesta Panen dan Penutupan Festival Budaya Banua Lemo yang telah berlangsung dari tanggal 15-18 Oktober 2024. Usai pentupan festival budaya yang dirangkaikan dengan Ramah Tamah Pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Islam Negeri Palopo (KKN UIN Palopo) Angkatan 46 Posko Bone Lemo ini, Ibu Ketua Penggerak PKK Desa Bone Lemo, Hardianti Tira berkesempatan untuk berbincang terkait kerajinan tangan yang diberi nama Lito.

Menurut Hardianti, kerajinan Lito adalah kerajinan khas Desa Bone Lemo. Bahan dasar Lito adalah tumbuhan liar yang dianggap gulma oleh petani, yaitu tumbuhan lito. Kerajinan ini dianyam dengan rotan sehingga menjadi aneka produk kerajinan seperti; bosara’, nampan, tempat gelas, dan lainnya.

Kerajinan Lito tidak lahir begitu saja, jelas Hardianti. Kerajinan ini diawali dengan serangkaian pelatihan yang dilaksanakan PKK Desa Bone Lemo untuk ibu-ibu rumah tangga dan anggota PKK.

“Kami pertama melakukan pelatihan pembuatan Lito pada tahun 2021 lalu. Kerajinan Lito juga dilaunching tahun 2021 ini,” jelas Hardianti.

Ketua PKK Desa Bone Lemo, Ibu Hardianti Tira, SH. Dok: maupa.id
Ketua PKK Desa Bone Lemo, Ibu Hardianti Tira, SH. Dok: maupa.id

Kerajinan Lito telah dipamerkan dalam berbagai kegiatan dan lomba. Pertama, urai Hardianti, pada Pameran Kerajinan Tingkat Kecamatan Bajo Barat, Lito meraih Juara Pertama.

Lito telah dipamerkan pada tingkat kabupaten, provinsi dan bahkan tingkat nasional. Alhamdulillah, secara nasional, kerjajinan Lito mendapat penilaian sebagai kerajinan paling inspiratif,” ungkap Hardianti.

Kerajinan Lito, jelas Hardianti lebih jauh, bernilai ekonomis tinggi. Harga satu nampan mulai Rp. 100.000 dan bosara’ mulai harga Rp. 250.000. Bahkan ada yang mencapai harga jutaan rupiah.

“Harga Lito tergantung motifnya. Karena motif ini menentukan tingkat kesulitan dalam membuat Lito. Mungkin harganya dinilai mahal dibanding produk yang terbuat dari plastik dan dipajang-pajang di pasar. Tapi, nilai Lito memang lebih tinggi karena dikerjakan secara manual dengan tangan, tidak menggunakan mesin. Kerajinan ini juga ramah lingkungan,” urai Ketua PKK yang mulai menjabat tahun 2020 ini.

Lihat Juga:  Petani di Desa Saronda, Luwu Berhasil Budidaya Nanas atas Bantuan MDA

Tentang brand, Hardianti mengatakan, kerajinan Lito telah branded dengan nama Lito Bone Lemo. Bahkan, kerajinan ini sudah sampai di negeri Belanda.

Hardianti mengakui bahwa produksi kerajinan Lito masih membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk menjaga kelangsungan produksinya.

Kerajinan Lito telah digunakan dalam berbagai acara. Dok: maupa.id
Kerajinan Lito telah digunakan dalam berbagai acara. Dok: maupa.id

“Kami berharap karena di daerah ini ada perusahaan Masmindo (PT. Masmindo Dwi Area, red) kelompok pengrajin Lito dapat menjadi binaan perusahaan ini,” harap Hardianti.

Lebih jauh, Hardianti mengatakan, kerajinan Lito dapat menjadi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dapat mendukung pertumbuhan perekonomian masyarakat Desa Bone Lemo.

“Alhamdulillah, dengan adanya mahasiswa KKN di sini. Kami berupaya melakukan regenerasi kepada anak-anak dan pemuda. Sekarang, sudah ada kelompok Lito Junior di Desa Bone Lemo. Semoga ada pihak-pihak yang melirik untuk kemajuan kerajinan Lito,” tandas Hardianti.

Penulis: Syamsuddin Simmau
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan
Foto/Video: Imran Herman

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER