Pangan adalah sumber kekuatan utama dari sebuah negara. Semua masyarakat membutuhkan pangan, namun di zaman ini apakah masih ada yang memikirkan kualitas dari pangan itu sendiri dan menilik lebih jauh apa saja akibat yang ditimbulkan pertanian intensif yang mengancam lingkungan. Namun apakah ini akan menjadi perhatian pemerintah Indonesia?
Kampanye yang dilakukan oleh Presiden terpilih negara Indonesia Prabowo Subianto yaitu akan menjalankan program makan gratis bagi anak sekolah. Menurut Heriyanto dalam kompas (16/7/2024) menyebutkan, Prabowo mempertimbangkan menurunkan anggaran makan siang gratis dari sebelumnya sebesar Rp.15.000 per anak menjadi sebesar Rp.7.500 saja. Jika anggaran diturunkan, maka nilai taksir pembelian bahan baku pangan juga akan menurun, imbasnya tentu saja tidak lain akan berdampak pada ekonomi petani. Semakin murah harga bahan baku yang dibeli oleh penyedia makan siang gratis dari pasar, maka pasar juga akan menurunkan harga taksiran bahan baku mentah dari petani.
Di luar dari pemikiran para pemangku kepentingan, petani akan melakukan segala cara untuk mempertahankan dan memperluas produksinya guna mempertahankan kondisi ekonominya. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang digunakan petani di lapangan secara terus menerus walau harga pupuk dan pestisida terus meningkat akan dilakukan petani. Imbasnya keseimbangan ekologi akan benar-benar terancam, mulai dari sirnanya habitat alami flora dan fauna, ketidakseimbangan tanah, mengurangnya mikroorganisme baik dan masih banyak lagi. Menurut Parnata (2010) menyatakan dari tahun ke tahun penggunaan dari pupuk kimia dengan dosis yang sama tidak memberikan peningkatan terhadap produktivitas yang signifikan, justru penggunaan pupuk kimia secara rutin dengan dosis yang bertambah tiap tahunnya dapat membuat tanah menjadi keras dan akan mengganggu keseimbangan unsur hara.
Petani mau tak mau akan melakukan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang besar, ini bukan kesalahan petani, sebab mereka juga punya tanggungan keluarga yang harus dihidupi. Namun apakah praktik petani dengan metode pertanian konvensional akan menghasilkan produksi yang cukup untuk memberi makan seluruh anak bangsa?
Menurut Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) tahun 2023, Indonesia mengimpor khususnya sayuran sebanyak 1,4 juta ton jika dirupiahkan sama dengan 12 triliun rupiah. Tiongkok menjadi sumber negara asal impor sayuran Indonesia terbesar yaitu sebesar 641 ribu ton. Kenyataan ini seharusnya telah menjawab petanyaan di atas. Lantas, kegiatan produksi petani yang belum mampu mencukupi lumbung pangan nasional akan mengakibatkan hal apa saja sih? Apakah ada hal terburuk akan menimpa Indonesia?
Yap, pencemaran lingkungan adalah dampak pertama dari praktik produksi pertanian secara intensif. Sumber air akan tercemar setelah penggunaan pestisida di lahan, akhirnya akan mempengaruhi kualitas air minum masyarakat dan mengancam kehidupan fauna. Akibatnya akan menurunkan keragaman hayati. Penggunaan pestisida juga dapat menurunkan serangga yang menjadi musuh alami hama dari tanaman
Selain mencemari lingkungan, jangan lupakan juga bahwa ketergantungan impor pupuk akan menambah hutang negara. Pupuk yang secara terus menerus diimpor tiap tahun dan terus bertambah jumlahnya secara langsung akan meningkatkan kebutuhan impor pupuk dari negara luar. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor pupuk Indonesia pada tahun 2023 sebesar 6,66 juta ton. Pupuk merupakan barang yang termasuk dalam 10 kategori barang utama yang diimpor ke dalam negeri dengan nilainya yang mencapai Rp. 3 triliun. Belum lagi kebutuhan dana pembangunan IKN yang saat ini digencarkan akan menambah drastis hutang negara.
Penggunaan pestisida secara terus menerus oleh petani di lahan guna menekan serangan hama juga akan menurunkan kualitas produk pangan yang dihasilkan. Zat racun yang masih melekat pada produk pangan bukan tidak mungkin juga akan ikut dikonsumsi oleh masyarakat.
Menurut Irfan Soleh pada laman tanamanpangan.pertanian.go.id, Pestisida jenis insektisida dan fungisida umumnya mengandung bahan kimia sistemik yang mudah terserap tanaman dan disalurkan ke bagian-bagian tanaman. Pestisida ini akan meninggalkan residu yang melekat dalam jangka waktu yang lama dan dapat bertahan hingga masa panen.
Apakah ada solusi untuk menjaga keseimbangan ekologi namun tetap menjaga produktifitas pertanian? Berikut beberapa solusi agar dapat menyeimbangkan antara memburu produksi dan menjaga keseimbangan ekologi.
- Penggunaan Teknik Permakultur
Permakultur adalah salah satu teknik di bidang pertanian yang belum banyak diterapkan di Indonesia. Padahal jika dipelajari dan diterapkan, teknik ini adalah salah satu solusi yang menguntungkan. Sebab input produksi yang harganya semakin mahal sedikit demi sedikit akan berkurang. Teknik ini sangat sederhana, yaitu dengan mengintegrasikan antara desain lahan, perencanaan pertanian, dan memahami siklus alamiah alam bekerja. Permakultur berangkat dari pemikiran Bill Mollison yaitu “Bekerjalah dengan alam, bukan melawannya”.
Jika petani dapat menerapkan teknik ini, petani tidak akan repot-repot mengeluarkan biaya produksi yang tinggi. Misalnya saja penggunaan jenis-jenis bunga-bungaan untuk memanggil musuh alami dari hama yang akan dimangsanya, ini dapat menjadi salah satu opsi menekan dan mengurangi penggunaan pestisida dan juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati. selain penggunaan pestisida yang dapat dikurangi, perancangan desain lahan juga akan diperhatikan pada sistem ini. Lahan pertanian akan semakin bertambah nilai estetiknya. Misalnya lagi dalam teknik ini umumnya mengintergrasikan ilmu bidang lain seperti peternakan dan energi. Hewan ternak akan berperan penting dalam menyediakan kebutuhan pupuk dan energi di lahan. Feses dan urin dari hewan terak akan dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik serta dapat dikonversi menjadi energi alami seperti biogas.
- Input Produksi Alami Sebagai Alternatif dari Bahan Kimia Sintetik
Penggunaan pupuk dan pestisida alami telah banyak digunakan di Indonesia. Input produksi alami yang tersedia gratis di alam terbukti dapat menjadi opsi alternatif dari penggunaan input produksi berbahan kimia sintetik secara terus menerus. Pembuatannya cukup mudah, biasanya dengan menggunakan teknik fermentasi agar bahan alami dapat terdekomposisi atau terurai dan berubah menjadi hara tersedia bagi tanaman serta dapat memproteksi tanaman dari hama dan penyakit. Petani tentunya akan untuk banyak, sebab modal terbesar dari kegiatan produksi petani ialah input produksi. Kualitas pangan juga terjaga dan meningkat dibandingkan dengan tanaman yang dihasilkan dari teknik pertanian konvensional secara intensif.
Penulis: Muhammad Fauzy Ramadhan
Referensi
Parnata, A.S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Agro Media Pustaka. Jakarta.