Penentuan harga untuk ganti rugi tanah masyarakat di Daerah Konsesi PT. Masmindo Dwi Area (MDA) “tidak salah”. Karena MDA menetapkan harga tanah masyarakat dalam areal konsesi lebih tinggi dari harga taksasi tanah yang sudah ada. Pernyataan Maddika Bua, Andi Syaifuddin Kaddiradja, SE, Opu To Sattiaraja, kepada maupa.id, Rabu (30/1024) di Bua.
Luwu – maupa.id – Menurut Maddika Bua, Opu To Sattiaraja, MDA sudah lama melakukan aktifitas di wilayah Kecamatan Latimojong, mulai tahap observasi, eksplorasi dan tahap konstruksi sekarang. Pada awal kehadiran MDA dulu, tidak ada riak-riak terkait harga tanah.
“Masmindo itu, kan sudah lama sekali melakukan kegiatan di lahan konsesi. Pada saat awal itu, kan, tidak ada riak-riak. Riak itu muncul, pasti Karena materi yang ada di dalamnya. Pasti sekali itu,” tegas Opu To Sattiaraja yang merupakan salah seorang Pendiri Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Menurut Maddika Bua, sebenarnya, tidak perlu ada riak-riak di lahan konsesi MDA di Kecamatan Latimojong jika masyarakat setempat memikirkan kepentingan jangka panjang mereka. Semestinya, masyarakat memikirkan manfaat keberadaan MDA untuk generasi mendatang. Bukan berpikir jangka pendek dengan menekankan harga tanah yang lebih tinggi dari kemampuan MDA.

“Sebenarnya, juga, di daerah Rante Balla, kalau saya yang menilai, sebenarnya tidak perlu ada riak. Ini, kan persoalan karena ada “keserakahan di dalamnya”. Artinya, kan, ini wilayah dapat dibagi. Tapi ada orang yang memiliki lahan sampai ratusan sertifikat tanah, tentu ini masalah. Atau ada penguasa yang tiba-tiba mengeluarkan keterangan untuk dapat bernegosiasi dengan PT. Masmindo,” tegas Opu To Sattiaraja.
Opu To Sattiaraja yang juga mantan Anggota DPRD Kabupaten Luwu ini menjelaskan lebih jauh dengan mengemukakan analogi harga tanah.
“Kira-kira, jika seandainya, perusahaan ini tidak ada di sana, kira-kira harga tanah di sana berapa sekarang. Di sini saja belum ada sampai ratusan ribu per meter. Apalagi kalau daerah pegunungan seperti itu. Cuma karena, ada jiwa keserakahan, sampai terjadi riak,” terang Opu To Sattiaraja.
Semestinya, lanjut Opu Maddika Bua, masyarakat setempat di Latimojong itu menekankan manfaat sosial yang dapat diberikan MDA dalam jangka panjang. Ia mencontohkan peran pendidikan MDA untuk peningkatan pendidikan dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi mendatang di daerah Latimojong.
“Misalnya, yang penting dilakukan, masyarakat adalah mendata, anak-anak mulai dari SD sampai perguruan tinggi agar dididik menjadi sumber daya yang handal. Sehingga nanti dapat direkrut bekerja di perusahaan. Ini bersifat jangka panjang,” harap Opu To Sattiaraja.
Menanggapi berita maupa.id tentang pemberian beasiswa oleh MDA kepada 20 mahasiswa dari wilayah Latimojong, Maddika Bua, Andi Syaifuddin Kaddiradja, SE, Opu To Sattaraja tersenyum lebar seraya membenarkan bantuan pendidikan tersebut.

“Kita harap, ini terus berlanjut. Jangan karena kepentingan sesaat, perusahaan memberikan bantuan pendidikan. Kita bersyukur kalau sudah pemberian bantuan beasiswa. Ini penting sekali untuk jangka panjang, untuk sepuluh dua puluh tahun, mendatang. Kalau harga tanah, berapa lama Anda bisa nikmati. Kalau pendidikan, ini jangka panjang,” kunci Opu To Sattiaraja yang juga adalah “Anak TelluE” Kedatuan Luwu. (*)
Penulis: Syamsuddin Simmau
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan
Foto/Video: Imran Herman