Parepare, – Maupa.id – Tribun Selatan tidak seperti malam-malam biasa ketika PSM berlaga di malam itu. Di stadion yang baru saja selesai renovasi, tim yang sempat beberapa musim memainkan laga kandang diluar Sulawesi kini telah kembali, meski tidak di Makassar. Namun, kembalinya PSM ke kandang yang jaraknya 150 kilometer dari Kota Makassar, tepatnya di Kota Parepare, animo suporter tidak sebesar ketika awal mereka kembali main di Stadion Habibie Parepare melawan persebaya Maret kemarin (7/3).
Khususnya di Tribun Selatan yang dihuni 2 kelompok suporter PSM yang sangat fanatik dan loyal, tribun hitam yang tak pernah berhenti bernyanyi selama 90 menit PSM bertarung di lapangan hijau. Malam itu dalam sebuah laga kandang melawan Bali United (25/4) tribun selatan nampak sepi dan kosong. Rupanya penghuni Tribun Selatan yakni PSM Fans dan Curva Sud Mattoanging (CSM) melakukan boikot untuk datang ke stadion Habibie.
Gerakan Boikot dilakukan atas keresahan naiknya harga tiket pertandingan kandang PSM yang bagi suporter memberatkan. Betapa tidak, mereka yang sebagian datang dari Makassar mesti mengeluarkan biaya yang bagi mereka cukup besar untuk mendukung timnya, belum termasuk biaya akomodasi selama perjalanan ke Parepare. Bila diliat perbandingan harga dari sebelum dan setelah renovasi, tribun utara dan selatan termasuk yang cukup besar kenaikan harga tiketnya, yakni sebesar 66%, dari sebelumnya Rp 60.000 menjadi Rp 100.000.
Kenaikan harga tiket bagi supporter tidak berbanding lurus dengan perbaikan tribun utara-selatan, sebagaimana disampaikan Rusli (bukan nama sebenarnya), selaku anggota CSM, “Harga tiket tribun selatan mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi sedangkan fasilitas yang berubah di tribun selatan tidak signifikan,”ujar Rusli.
Senada dengan ini, Richard (bukan nama sebenarnya) seorang suporter dari PSM Fans menyayangkan naiknya harga tiket dan menawarkan kepada manajemen untuk mempertimbangkan harga yang lebih terjangkau bagi suporter. “kami teman-teman di selatan lebih mengarah ke distribusi tiket yang terlalu mahal. Jadi fokus kami yaitu penurunan harga tiket di tribun selatan dan tribun utara. Sebenarnya sih seluruh stadion, tapi kami upayakan bagaimana utara dan selatan bisa turun dari harga Rp. 100.000 ke harga Rp.75.000-80.000. Pertanyaannya kenapa? karena kondisi tribun yang tidak terlalu jauh berbeda dari masa rehabilitasi stadion yang awal dan stadion yang sekarang. Menurut kami itu hal timpang karena lonjakan tiket yang tinggi,” tuturnya.

Suporter menuntut kepada manajemen untuk merasionalkan naiknya harga tiket. Selain itu, permasalahan lain yang dihadapi suporter adalah kuota tiket untuk komunitas yang dibatasi dan ditiadakannya subsidi harga tiket untuk komunitas suporter. Sementara tiket yang dijual calo semakin marak dan meresahkan suporter.
“Subsidi untuk harga komunitas ditiadakan lagi dan kouta tiket untuk komunitas dibatasi dimana terjadi pengurangan kouta tiket untuk CSM lalu ditetapkan secara sepihak oleh manajemen serta soal kouta ini seakan komunitas diadu domba dengan kolektif lain agar massa dan pembelian tiket bisa lebih besar. Sementara calo masih merajalela di sekitar stadion,” lanjut Rusli.
Meski begitu, komunitas suporter tribun selatan masih berharap agar manajemen mendengar aspirasi mereka dan menawarkan solusi dialog untuk kebaikan tim kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan ini. “kalau tercapai itu om, insyaallah kita pertimbangkan lagi untuk kembali. Karena tuntutan untuk keseluruhan sudah tercapai, kalau semisal utara sama selatan turun harga tiket,” tutup Richard.
Penulis: Azwar Radhif
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan