Parepare, – Maupa.id – Di tengah tantangan era digital yang sarat dengan informasi keliru dan narasi kebencian, Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah wal Irsyad (PP IMDI) mengambil langkah konkret dengan meluncurkan program Wisata Literasi Moderasi di Desa Basseang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, pada 2–4 Mei 2025 mendatang.
Program ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan inisiatif strategis yang dirancang sebagai model pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai moderasi beragama. Ketua panitia, Lukman, menjelaskan bahwa Desa Basseang dipilih sebagai proyek percontohan karena potensi kulturalnya yang kuat dan semangat warganya dalam merawat harmoni sosial.
“Agenda kami mencakup diskusi terbuka soal agama dan budaya, pengajian, pertunjukan seni tradisional, hingga peresmian perpustakaan desa sebagai pusat wisata literasi moderasi,” jelasnya.
Salah satu momen penting dari kegiatan ini adalah penandatanganan kerja sama antara PP IMDI dan mitra lokal untuk pembinaan literasi di masyarakat. Perpustakaan yang akan diresmikan juga akan menjadi tempat berlangsungnya diskusi rutin seputar keberagaman, toleransi, dan keislaman yang inklusif.

Ketua Umum PP IMDI, Hery Syahrullah menekankan pentingnya menghadirkan ruang edukasi yang mampu menahan laju penyebaran hoaks dan ujaran kebencian, khususnya yang mengatasnamakan agama. Seringkali terjadi perdebatan dan perkelahian antar umat beragama akibat klaim bid’ah dan khurafat yang dibawa oleh kelompok masyarakat tertentu. “Jika hal itu terus-menerus terjadi, maka keharmonisan hubungan antar masyarakat akan berpotensi merenggang dan menegang, hingga dapat mengaburkan nilai kekeluargaan dan persaudaraan,” pungkas Hery.
Menurutnya, ada dua pendekatan utama yang akan dilakukan untuk menangkal persoalan ini. Pertama dengan pengaktifan perpustakaan yang kemudian akan dijadikan sebagai pusat pengembangan literasi dan pengasahan intelektual masyarakat, melalui kegiatan transfer ilmu pengetahuan secara rutin dengan narasumber yang kredibel. Kedua, pemanfaatan masjid. Masjid akan difungsikan sebagai ruang edukasi moderasi beragama dengan menghadirkan kiai atau ustadz yang memiliki sanad keilmuan jelas. Dakwah berbasis hoaks dan kebencian harus disaring secara ketat.
“Masjid dan perpustakaan desa akan kami jadikan pilar utama. Dari sanalah pemahaman Islam yang damai dan toleran bisa disemai,” ujarnya.
Melalui program ini, PP IMDI berharap masyarakat desa tidak hanya menjadi objek dakwah, tetapi juga aktor utama dalam membumikan nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, dan literasi keagamaan yang sehat.
Penulis: Rinaldi
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan