Parepare, Maupa.id – Barangkali tidak banyak dari kita yang pernah berkunjung, ataupun mengetahui keberadaan Pasar Tradisional Modern Jompie Parepare. Pasar Tradisional Modern Jompie Parepare tidak begitu populer dibanding pasar-pasar lainnya di kota Parepare. Sebab keberadaanya yang tidak berada di jalan umum dan aktivitas jual-beli yang minim membuat banyak pedagang yang keluar-masuk. Hal ini turut diperparah kurangnya perhatian pemerintah terhadap pasar ini, sehingga membuatnya mengalami banyak kerusakan.
Banyak pengunjung yang mempersoalkan akses transportasi umum yang tidak memadai, karena tidak dilalui jalur angkutan kota. Selain itu, jalan masuk pasar sangat membahayakan pembeli, banyak lubang yang ditambal dengan batu bongkaran dan pasir. Beberapa pembeli beras pernah menjadi korban, membuatnya terjatuh dan berasnya berhamburan.
Aldi, pedagang beras yang telah berjualan sejak 2017 mengeluhkan akses jalan masuk yang rusak parah membuat pengunjung berfikir beberapa kali untuk kesana. “Sejak 2017 tidak banyak yang berubah, kami mengupayakan sendiri cara menarik pengunjung kesini,” ujarnya.

Senada dengan itu, Ari pedagang pengrajin akuarium yang mengambil beberapa petak kios di sudut pasar begitu khawatir dengan jalan yang menyulitkan aktivitas bongkar-muat barang dagangannya. “Saya sempat mau perbaiki, cuman katanya disuruh tunggu dulu 2-3 tahun baru dikerja jalannya, jadinya saya tahan, cuman kan tidak bisa begini terus tidak ada kejelasan,” tegas pemilik Nemo Akuarium ini.
Daeng Tarrang, pria paruh baya asal Takalar ini telah bekerja sebagai keamanan sejak pasar ini mulai beroperasi pada 2015 lalu. Pasar ini dibangun oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2012 lalu, kemudian dihibahkan ke Pemerintah Provinsi untuk dikelola menjadi titik perekonomian baru yang berfokus pada produk UMKM lokal dan menunjang ekonomi daerah sekitar Ajattapareng yang menjadi pemasok sembako.
Pemprov menarik biaya sewa sebesar Rp 3.000/harinya atau jika ditotalkan selama sebulan Rp90.000, tarif yang cukup terjangkau bagi sebuah kios di pasar. Total ada sebanyak 61 kios dan 8 los yang ada di pasar ini, sebagian kecilnya telah digunakan, meski hanya beberapa yang terbuka, khususnya hanya di bagian depan pasar.

Meski begitu, menurutnya selama 10 tahun ini tidak banyak yang berubah, selain beberapa kerusakan, “Beberapa bagian lainnya mengalami kerusakan, terutama di papan nama pasar yang lepas dan tembok pembatas bagian belakang rubuh beberapa hari lalu diterjang hujan,” tutur Dg Tarrang.
Menurut Daeng Tarrang, Walikota Parepare Tasming Hamid sempat berkunjung kesana beberapa hari lalu memantau kondisi pasar. Dirinya berjanji akan mengupayakan perbaikan pasar yang dikelola Pemerintah Provinsi ini. Sebab tidak banyak perhatian pemerintah provinsi, hanya tersisa beberapa pedagang yang bertahan dengan harapan suatu hari nanti pasar akan ramai.

Para pedagang termasuk Daeng Tarrang berharap pemerintah provinsi menaruh perhatian pada perbaikan pasar, sebab datangnya pembeli akan sangat dipengaruhi oleh keamanan dan kenyamanan pengunjung. Selain itu, pemerintah kota bisa memanfaatkan jalan industri-Jompie sebagai jalan alternatif yang menghubungkan kecamatan Soreang-Ujung, mengingat jalan poros Ahmad Yani dan Jalan Muh. Arsyad mulai macet di jam-jam tertentu. Dengan begitu, masyarakat akan lebih mudah mengakses pasar tradisional-modern Jompie ini.
Penulis: Azwar Radhif
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan