Luwu – maupa.id – Hartono Samad mengakui bahwa MDA telah berkontribusi melestarikan budaya Ulu Salu, khususnya Tarian Jaga Lili. Tarian sarat nilai luhur ini penting dilestarikan karena tarian ini adalah tarian yang dulu ditampilkan pada saat pelantikan Datu Luwu.
“Menurut kakek saya, bapak saya, dari leluhur kami bahwa tarian ini ditampilkan pada saat ada pelantikan Datu Luwu. Jadi, setiap ada pelantikan Datu Luwu dulu, tarian ini harus ditampilkan,” jelas Pak Hartono.
Bedanya sekarang, urai mantan pelaut ini, kalau dulu, jika tari Jaga Lili mau ditampilkan di Kedatuan Luwu maka terlebih dahulu dipotong kerbau karena tarian ini dinilai sakral. Sekarang, tentu tidak lagi dipotongkan kerbau lagi. Bahkan, tarian ini dapat dipentaskan dalam acara-acara kebudayaan dan acara pesta pernikahan.
“Tapi tarian ini tidak boleh dipentaskan dalam acara Rambu Solo’ atau pesta kematian. Rambu Solo’ adalah pesta kematian orang Toraja. Karena menurut kisah turun temurun. Tarian ini pernah ditampilkan di acara Rambu Solo’ di Rura’ tapi satu kampung terkena bencana, daerah Rura’ di Toraja tenggelam banjir. Sejak itu, Tari Jaga Lili tidak boleh lagi dipentaskan pada acara kematian, meskipun yang meninggal adalah bangsawan,” kisah Hartono.

Sebaliknya, urai Hartono, dulu, pada suatu acara pernikahan atau Rambu Tuka’, tarian ini dipentaskan meriah. Bahkan, dikisahkan pada saat itu, semua masyarakat bersukaria. Menurut kisah, ketika itu muncul tujuh orang gadis dari negeri Bori’ Liu atau negeri bawah melalui salah satu sumur. Bori’ Liu menurut naskah I La Galigo, adalah negeri dunia bawah di paratiwi.

Hartono mengurai, leluhur masyarakat Ulu Salu berasal dari Toraja, Enrekang dan Sidrap. Karena itu, Tari Jaga Lili dapat dipentaskan pula dalam pesta Rambu Tuka’ masyarakat Tana Toraja.
Dahulu, Ulu Salu memiliki wilayah yang sangat luas, bahkan sampai di Ponrang, Balo-balo, Suli, Larombo (sekarang Larompong). Bahkan. urai Hartono, yang memilih hidup menjadi petani ini, para bangsawan di wilayah Kedatuan Luwu memiliki hubungan darah dan kekerabatan yang erat dengan masyarakat Ulu Salu. Karena leluhur mereka memang berasal dari Ulu Salu.
“Semoga ketika Masmindo berproduksi nanti, karena sekarang masih berproses pembangunan, ya, perusahaan ini dapat membantu membangun tempat kegiatan kesenian di Ulu Salu ini,” harap Hartono yang semua saudara dan putra-putrinya dapat menari Tari Jaga Lili.
Melalui kerja sama dengan MDA, Pak Hartono telah melatih puluhan murid-murid dari daerah Ulu Salu.
“Sebagian dari anak-anak itu sudah ada yang mahir sampai gerakan ke sembilan. Sekarang kita latihan satu kali dalam seminggu di lokasi sekolah SD. Karena kita belum memiliki tempat latihan sendiri,” jelas Hartono yang mahir memainkan biola dan alat musik lainnya ini.
Saat ini, MDA masih membantu Pelatihan Tari Jaga Lili ini. Hartono berharap tarian ini dapat dipentaskan oleh murid-muridnya kelak.
“Saya bersedia berkeliling untuk mengajarkan dan melatih tarian ini kepada anak-anak muda. Karena tarian ini sarat nilai-nilai yang luhur,” kunci Pak Hartono sambil sesekali melantunkan penggalan syair pengiring Tari Jaga Lili. Semoga lestari.
Penulis: Syamsuddin Simmau
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan
Foto/Video: Imran Herman dan Chandra Priandika