Cerita Pinrang Plants, Menanam Harapan dari Tanaman Tropis

Banyak dari kita yang menyukai tanaman, nampaknya memelihara tanaman telah menjadi gaya hidup dimasa sekarang. Tapi tidak banyak yang seperti Arifudding, pemuda dari Mattirobulu Pinrang yang memutuskan hidup dari tanamannya.

Maupa.id – Arifudding mencoba mengingat kembali memori masa kecilnya yang membuatnya menyukai tanaman. Kecintaannya pada bunga kian bertumbuh setelah dirinya bergabung di komunitas pecinta alam. Naik turun gunung dan berjumpa dengan beragam tanaman tropis di hutan membuatnya semakin ingin memelihara tanaman, baginya dengan menanam kita telah mendekatkan diri kepada alam.

Kini, pemuda yang akrab disapa Podding ini merintis usaha dengan nama Pinrang Plants. Dia menekuni jenis Tanaman Aroid, tanaman tropis yang eksotis dengan daunnya yang lebar. Salah satunya tanaman Anthurium (kuping gajah) yang mulanya ia tanam di kebun sekitar pekarangan rumah.

“Awal mulai tahun 2020-an, tapi sejak 2019 sudah mulai menanam di kebun sekitar pekarangan rumah. Baru di tahun 2020 mulai fokus ke anthurium. Di Sul-sel sendiri yang saya tahu cuman dua orang yang fokus ke anthurium, saya sama teman di Bantaeng. Tidak banyak yang suka, karena misalnya ibu-ibu kan sukanya yang berwarna. Kebanyakan yang suka tanaman ini itu laki-laki karena dia maskulin,” tuturnya.

Menjual tanaman baginya menjadi tantangan tersendiri, terlebih tidak banyak yang bergelut di tanaman Anthurium. Khususnya di kalangan ibu-ibu, tanaman yang dicari biasanya yang berbunga dan berwarna, beda dengan tanaman tropis yang cenderung satu warna dan yang dinikmati adalah daunnya. Justru tanaman seperti ini lebih banyak diminati kalangan laki-laki, khususnya anak muda.

Anthurium yang masih muda. Dok: Pinrang Plants
Anthurium yang masih muda. Dok: Pinrang Plants

Meski begitu, pasar tanaman tropis belum terlalu diminati di daerah. Tidak seperti di luar Pulau Sulawesi atau skala mancanegara. Menurut Podding, tanaman jenis tropis cukup banyak diminati di luar negeri. Salah satunya tanaman endemik Indonesia yang tidak ada di negara lain. Selain itu, ada beberapa hasil mutasi atau silangan yang berhasil dan menjadi unik. Ini yang sering menjadi buruan kolektor tanaman hias.

Lihat Juga:  Cerita Buku Interaksi Bahas Buku Asran Salam dan Babra Kamal

“Banyak para senior yang sudah menjual sejak tahun 80-90an dan masih menjual tanaman hingga sekarang. Banyak yang bertanya kenapa masih bertahan, karena pasarnya bunga itu luas, tidak hanya skala nasional tapi juga internasional. Pasar tanaman hias terbesar itu ada di Thailand, Eropa dan Amerika Latin. Di luar negeri, tanaman itu sudah menjadi gaya hidup, anak muda malahan yang main,” lanjut Podding.

Podding mencontoh salah satu pasar tanaman hias terbesar di Asia Tenggara yaitu Pasar Bunga Chatuchak di Bangkok, Thailand. Pasar ini menampung ratusan kios pedagang yang hanya menjual tanaman hias. Rata-rata pedagang disana mengembangbiakkan tanaman dari kecil hingga layak jual. Ada pula pembeli yang sengaja membeli tanaman diusia kecil dan menjualnya kembali ketika telah tumbuh beberapa daun ke pedagang sekitar. “Begitulah cara kerja pasar tanaman, beli ketika masih satu daun, dan jual saat sudah 4-5 daun,” sambungnya

Arifudding, pengelola Pinrang Plants. Dok: Pinrang Plants
Arifudding, pengelola Pinrang Plants. Dok: Pinrang Plants

Tetapi, merawat tanaman tidak hanya modal semangat, mesti pula dibekali dengan pengetahuan dan usaha besar serta kesabaran. Sebab, menunggu daun tumbuh itu butuh waktu yang tidak sebentar.

Podding kini fokus mengembangbiakan anthurium, katanya bisa dengan memotong bonggol atau dengan metode penyilangan. Untuk menemukan jenis anthurium yang unik dan eksotis. Selain itu, dirinya juga menerima tawaran pekerjaan tanaman untuk taman atau hiasan depan kedai/rumah. Mari berkunjung dan menikmati segelas sarabba di pekarangan Pinrang Plants.

Penulis:Azwar Radhif
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER