Benar, Desa Senga Selatan Dukung Jalur Logistik MDA

Desa Senga Selatan, salah satu desa dalam wilayah Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu. Seperti berita sebelumnya, Desa Senga Selatan adalah salah satu desa yang mendukung jalur logistik PT. Masmindo Dwi Area (MDA). Kenapa bisa? Jarak desa ini sekitar 40 km dari area MDA di Kecamatan Latimojong.

Luwu – maupa,id – Tentu saja wajar jika saya ragu dengan pernyataan Kepala Desa Senga Selatan yang mendukung jalur logitik MDA karena desa ini berada di Kecamatan Belopa dan jaraknya jauh dari lokasi MDA. Saya perlu memahami kondisi sebenarnya. Saya memutuskan untuk bertemu langsung dengan Kepala Desa Senga Selatan, Drs. Ahmad Arfah, M.Si. Syukur, saya menemui Pak De, sapaan akrab kami kepada Ahmad Arfah pada Jumat (23/8/2024) di pantai Taddette.

Sebelum berbincang dengan Pak De Arfah, saya dan tim berangkat lebih awal ke Pelabuhan Belopa atau Pelabuhan Taddette. Pelabuhan ini penting karena termasuk salah satu pelabuhan dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) yang berfungsi untuk mendukung Pelabuhan Kota Palopo. Apa hubungan antara jalur logistik MDA, Desa Senga Selatan, dan Pelabutan Belopa? Saya dan tim mengecek langsung ke lapangan.

Pagi masih belia, sekitar pukul 7.15 Wita, saya menuju ke Pelabuhan Belopa, juga dikenal dengan Pelabuhan Taddette, Kecamatan Belopa, Kabupaten Luwu (Luwu). Sekira 300 m dari pintu gerbang pelabuhan, gerimis menderas. Saya mempercepat laju motor tua “si grandong” untuk segera berteduh.

Di pangkal jembatan pelabuhan, sebelah kanan dari arah Belopa, terdapat pos sekuriti (pos pengamanan). Di bagian belakang pos ini terpasang paranet berwarna hitam. Saya dan tim segera meminta izin untuk menumpang berteduh. Ternyata, pos ini adalah pos sekuriti, PT. Petrosea. Perusahaan ini adalah mitra PT. Masmindo Dwi Area (MDA). Di sinilah kami rehat seraya menunggu gerimis yang semakin melebat berlalu. Kami berlindung agar kamera kami tidak basah.

Pelabuhan Belopa,. Foto Dok. maupa.id
Pelabuhan Belopa,. Foto Dok. maupa.id

Pandangan saya samar karena gerimis menjelma hujan. Di kejauhan, sekitar 200 meter di depan saya ke arah Timur, ke arah lautan Teluk Bone, sedang ada aktifitas pembangunan bangunan kecil. Beberapa pekerja bangunan tampak bagai bayang-bayang di sana. Saya penasaran, ada apa di sana ?

Lihat Juga:  Prof. Dr. H. Muhammad Asdar: APBN Terbatas, Permudah Investasi untuk Pembangunan

Rasa penasaran memaksa saya menerabas hujan ringan menuju ke ujung jembatan pelabuhan. Pas di depan bangunan kecil, saya bertanya kepada pekerja bangunan, apakah saya bisa terus ke ujung jembatan.

“Bisa Pak,” jawab salah seorang pekerja.

Si grandong, berjalan pelan. Sekitar 20 m dari bangunan kecil di sisi kiri jembatan itu, saya tiba. Pandangan saya menuju ke laut lepas Teluk Bone. Udara masih terasa basah dan hujan pun kembali menggerimis. Saya menarik napas dalam dan melepasnya lagi. Ah, dada saya terasa lega, segar.

Beberapa jenak kemudian, saya membalikkan pandangan ke arah Barat. Di sisi kiri dan kanan jembatan, buih memutih menghempas diri di Pantai Taddette. di Kejauhan, pepohonan bakau tampak anggun, melambai di belakang  bangunan Petrosea. Pada sisi kanan jembatan juga tampak beberapa kotak-kotak warna-warni. Sementara di kejauhan, deretan pegunungan mulai tampak nyata. Tapi Gunung Latimojong masih tertutup awan.

“Elok nian negeri ini,” pikir saya seraya melepas napas agak keras.

Saya kemudian beranjak, kembali ke pos sekuriti menjemput kameramen saya. Ketika melintas di bangunan kecil yang sementara dikerja itu. Saya minta pamit kepada pekerja sambil bertanya.

“Ini bangunan apa, Pak?.”

“Tempat alat pemantau tsunami, Pak,” jawab salah seorang pekerja singkat.

Saya pun memacu si Grandong menuju arah Barat menyusur jalan beton, Desa Senga Selatan yang juga adalah jalur logistik PT. Petrosea menuju ke lokasi tambang PT. MDA di Kecamatan Latimojong Kabupaten Luwu.

Di ujung Timur jalan beton dari arah kota Belopa, ibu kota Kabupaten Luwu, saya belok kanan menuju lokasi Wisata Kuliner Pantai Taddette karena Pak De Arfah sedang berada di sana.

Lihat Juga:  Pasar Tradisional-Modern Jompie Kota Parepare Mulai Rusak, Butuh Perhatian Pemerintah

Tentu saja, Pak De Arfah menyambut kami hangat walau gerimis masih terjadi. Bagaimana ceritanya sehingga Pak De Arfah mendukung jalur logistik MDA? Ini pertanyaan kunci saya.

“Memang betul, Pak. Jadi wilayah kami ini memang menjadi salah satu jalur logistik MDA. Di sini juga ada Petrosea, perusahaan mitra MDA. Jalurnya melewati wilayah kami. Wilayah Desa Senga Selatan sampai masuk dalam wilayah kota Belopa, khususnya dalam Kecamatan Belopa,” jelas Arfah.

Menurut Arfah, pihaknya mendukung jalur MDA karena perusahaan bergerak dalam tambang emas ini terbukti telah membantu masyarakat Desa Senga Selatan. Baik MDA maupun Petrosea telah mendukung keberadaan kawasan wisata Kuliner Taddette saat ini.

“Kami berharap keberadaan Masmindo dan mitranya juga dapat membuka lapangan kerja bagi warga kami sehingga ekonomi warga Desa Senga Selatan bisa meningkat terus. Makanya, kami bersama warga Desa Senga Selatan menyatakan mendukung jalur logisitik Masmindo,” tegas Arfah.

Jelaslah, jalur logistik MDA dan Petrosea melalui wilayah Desa Senga Selatan, Kecamatan Belopa Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Semoga harapan-harapan kepala desa dan masyarakat Desa Senga Selatan menjadi perhatian MDA dan mitranya. Tentu saja, diharapkan agar MDA dan mitra kerjanya konsisten sesuai dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah dimiliki sejak tahun 2019 silam. Sehingga, keberlanjutan lingkungan alam selaras dengan aktifitas ekonomi Semoga.

Penulis: Syamsuddin Simmau

Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan

Foto/videografer: Imran Herman

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER