Parepare – Maupa.id – Kawasan Ajatappareng dulunya merupakan konfederasi dari kerajaan-kerajaan besar Bugis seperti Sidenreng, Rappang, Sawitto, Alitta, dan Suppa. Kawasan ini terletak di bagian barat Sulawesi Selatan yang secara administratif terdiri Kabupaten Sidrap, Pinrang, Barru, dan Kota Parepare. Hingga kini, wilayah ini tetap menyimpan kekayaan budaya, sejarah, dan potensi ekonomi yang luar biasa. Identitas sejarah dan budaya. Berikut adalah profil singkatnya:
- Sidrap (Sidenreng Rappang)
Sidrap atau Sidenreng Rappang, merupakan daerah yang namanya diambil dari dua kerajaan besar di masa lalu, yaitu Sidenreng dan Rappang. Sidrap merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, terutama di daerah-daerah yang menjadi pusat pertanian seperti Kecamatan Maritengngae dan Panca Rijang. Kebanyakan penduduk Kabupaten Sidrap merupakan suku Bugis dan menggunakan bahasa Bugis dalam kehidupan sehari-hari, namun tetap menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi formal.
Hamparan sawah yang luas menjadi ciri khas Sidrap, mengingat daerah ini memang dikenal sebagai sentra produksi padi. Selain itu, Sidrap juga menghasilkan komoditas pertanian lain seperti jagung dan kedelai. Daerah ini juga menjadi pelopor pengembangan energi terbarukan dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Pegunungan Pabbaresseng. Turbin-turbin angin raksasa yang berputar di tengah perbukitan menjadi daya tarik tersendiri.
- Pinrang
Pantai Ammani. Dok: Pinrangkab.go.id
Pinrang memiliki beberapa perspektif dalam namanya. Perspektif yang pertama adalah “pinrang” yang dalam bahasa Bugis berarti “tanah rendah” atau “tempat yang rendah. Perspektif penamaan ini menggunakan pendekatan kondisi geografisnya yang didominasi dimana Kabupaten Pinrang terdiri oleh dataran rendah yang subur. Kedua adalah “pinra” atau “pinra-pinra” yang berarti perbaikan atau perubahan yang lebih baik. Perspektif ini menggunakan pendekatan sejarah dalam hubungannya dengan kerajaan Gowa.
Kabupaten ini memiliki populasi sekitar 400.000 jiwa yang tersebar di berbagai wilayah, dengan konsentrasi terbesar di daerah-daerah perkotaan dan sentra-sentra pertanian. Penduduk Pinrang sebagian besar merupakan suku Bugis yang menggunakan bahasa Bugis dalam kesehariannya. Meski begitu, seperti halnya Kabupaten Sidrap, bahasa Indonesia umum digunakan dalam pendidikan dan urusan pemerintahan.
Pinrang menghasilkan berbagai komoditas pertanian, mulai dari padi, pisang, cabai, tomat, hingga berbagai jenis sayuran lainnya. Persoalan utama pertaniannya adalah hama tikus dan sistem pengairan. Budidaya perikanan juga mengalami penyusutan dari tahun-tahun. Meskipun demikian kita tetap dapat menemui hamparan kolam-kolam ikan air tawar yang tersebar di berbagai. Uniknya adalah, masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan meningkat setiap tahunnya.
- Barru
Tugu payung Barru. Dok: wikipedia
Barru adalah kabupaten yang terletak di sepanjang pesisir barat Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru memiliki bentang alam yang cukup indah yang terdiri dari pantai di sebelah barat dan perbukitan disebelah timur. Kondisi topografi tersebut dimanfaatkan masyarakat dengan menjadi nelayan dan petani.
Kabupaten ini memiliki populasi sekitar 200.000 jiwa dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah dibandingkan kabupaten lain di Ajatappareng. Namun, daerah pesisirnya terbilang cukup padat karena menjadi pusat aktivitas perikanan dan perdagangan. Sebagian besar penduduknya adalah suku Bugis sehingga bahasa Bugis menjadi bahasa yang paling banyak digunakan, namun bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa formal yang digunakan di pemerintahan dan pendidikan.
Barru dikenal dengan perikanan tangkap dan juga tambaknya. Hal tersebut Ā yang menjadi sumber kehidupan utama bagi masyarakatnya. Ikan, udang, dan kepiting menjadi komoditas penting yang didistribusikan ke berbagai daerah. Selain sektor kelautan, Barru juga memiliki potensi di bidang pariwisata dengan pantai-pantai yang eksotis dan pemandangan alami yang belum banyak terjamah.
- Parepare
Pelabuhan Nusantara Parepare. Dok: Wikipedia
Parepare merupakan satu-satunya kota di wilayah Ajatappareng yang memiliki peran penting sebagai pusat perdagangan dan jasa. Kota ini terletak di pesisir barat Sulawesi Selatan dengan pelabuhan yang menjadi penghubung utama antara Ajatappareng dan daerah lain. Topografi Parepare memiliki kemiripan dengan Barru. Namun, Parepare diberkahi dengan teluk yang memungkinkan untuk membangun pelabuhan.
Populasi Kota Parepare pada tahun 2023 sekitar 160.000 jiwa. Parepare menjadi pusat urban yang dinamis dengan kehidupan masyarakat yang heterogen. Sebagian besar penduduknya adalah suku Bugis, tetapi terdapat pula komunitas dari suku-suku lain yang datang untuk berdagang atau menempuh pendidikan. Bahasa Bugis dan Indonesia sama-sama digunakan di Parepare, terutama dalam kegiatan perdagangan dan pemerintahan.
Parepare dikenal sebagai kota kelahiran Presiden ke-3 Indonesia, B.J. Habibie. Hal ini juga mendorong pemerintah membangun landmark dengan tema BJ. Habibie. Pembangunan tersebut menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Selain itu, pemandangan indah teluk dan selat memberikan kesan tersendiri bagi siapa pun yang berkunjung.
Parepare digadang-gadang akan menjadi ibu kota provinsi jika Ajatappareng dimekarkan. Parepare menawarkan berbagai fasilitas seperti pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern, serta infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang lebih lengkap dibandingkan daerah lain di Ajatappareng.
Keempat daerah di atas menjadi bagian dari kesatuan sejarah dan budaya Ajatappareng. Pemekaran menjadi sebuah provinsi sangat memungkinkan mengingat potensi ekonomi yang besar. Namun, hal tersebut juga menjadi tantangan tersendiri. Mampukah Ajatappareng mengelola sendiri sumber daya alam dan sumber daya manusianya?.
Penulis: Ilham Alfais
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan