Mengarsipkan Habibie dari Sudut Pandang yang Berbeda

Sejatinya, Habibie adalah tokoh politik, intelek dan teknokrat. Namun masyarakat dan pejabat daerah Parepare selalu menokohkan habibie sebagai tokoh yang penuh romantisme saja. Museum  habibie menjadi pengingat sekaligus merekam jejak historis seorang Presiden ke tiga Republik Indonesia

Sejak ‘pulang’ ke kota kecil ini, satu hal yang membuat saya tercengang adalah betapa pejabat kota ini begitu meromantisasi kisah cinta Habibie-Ainun. Saya tak mengerti apa alasan dibalik jargon kota cinta yang disematkan pada hubungan sepasang kekasih ini, apakah karena perjuangan mereka begitu hebatnya sehingga dijadikan icon “kota cinta”.

Padahal setahu saya mereka tidak bertemu di Parepare. Seandainya bisa, ingin sekali saya bertanya apa maksud pejabat menggunakan Habibie sebagai simbol cinta? Toh setiap hubungan sepasang manusia punya cerita perjuangannya sendiri-sendiri yang naif sekali rasanya jika kita ingin membandingkan satu dengan lainnya.

Para petinggi kota kecil ini begitu memanfaatkan ketokohan Habibie dalam wujud yang begitu privat, cinta. Padahal semestinya kita melihat Habibie sebagai seorang intelek, pemikir dan teknokrat yang punya andil dalam perkembangan industri teknologi transportasi di negara yang transportasinya begitu timpang antara pusat dan bagian timur Indonesia, khususnya Sulawesi.

Sejujurnya saya tipikal orang yang tak terlalu menyukai pola penokohan, tapi untuk kasus ini sepertinya kita mesti meluruskan bahwa Habibie itu seorang pemikir yang punya daya belajar yang luar biasa. Seorang anak yang lahir dari sebuah kampung di pinggir teluk Parepare yang dengan kesederhanaannya membuatnya mudah bergaul dan punya gairah yang besar pada ilmu pengetahuan. Mengenai masa kecil Habibie, bisa teman-teman baca buku ‘Kappala Luttu’ karya Ibrah La Iman yang sedikit banyaknya membahas kehidupan Habibie di masa anak-anak dengan gaya fiksi fantasi.

Lihat Juga:  Dinas Perpustakaan Parepare Kembali Aktifkan Pelayanan Malam Hari

Beberapa pagi yang lalu, saya bersama beberapa teman bermaksud mencari sarapan pagi di pinggir laut Senggol, sampai kami tak sengaja singgah di gedung yang ternyata sebuah museum. Museum habibie, begitu sebutannya. Saya sebenarnya mulai jenuh dengan bangunan pemerintah yang memakai nama Habibie, rasanya sudah cukup dengan patung, rumah sakit, stadion, kampus, mesjid, semuanya di Habibie kan.

Tapi justru yang satu ini berbeda, satu bangunan yang fungsinya mengarsipkan Habibie dari sudut pandang yang berbeda. Membuat kita bisa melihat Habibie dari sudut pandang seorang intelek. Museum kecil nan megah ini didirikan atas permintaan Habibie kepada Walikota Parepare. Disana kita bisa menemukan replika buah fikir beliau seperti pesawat terbang, kapal laut, lencana penghargaan, sedikit buku dan barang pribadi keluarga.

Replika pesawat di Museum B.J Habibie Parepare. Dok: Azwar Radhif
Replika pesawat di Museum B.J Habibie Parepare. Dok: Azwar Radhif

Setibanya di depan pintu museum, kami ditanya dari mana asal dan bagaimana bisa tau tentang museum ini. Saya memperkenalkan teman saya yang datang dari Barat Sulawesi dan kami yang sebenarnya tak sengaja singgah di museum ini. Kami dipersilahkan masuk dan di temani berkeliling melihat-lihat.

Para penjaga museum ini dengan begitu sabarnya menanti para pengunjung singgah dan menemani mereka berkeliling, menjelaskan satu persatu barang peninggalan, termasuk buah karya Habibie yang jarang kita ketahui selama ini, selain membacanya di beberapa buku karya Andi Makmur Makka. Juga untuk buku absen yang tidak terisi setiap hari, sepertinya masih perlu mengedukasi pengunjung untuk datang ke monumen ini.

Saya sempat bercerita dengan penjaga museumnya yang ternyata teman saya di organisasi mahasiswa. Katanya museum ini masih sementara mengupayakan menambah koleksinya, seperti arsip foto, tulisan, buku-buku yang membahas tentang Habibie. Juga rumah lama keluarga Habibie yang berada persis di sebelah museum yang sementara diupayakan untuk dikelola museum.

Lihat Juga:  Mengenal Kombucha, Minuman Herbal Kaya Manfaat dan Menyegarkan di Gudmud Coffee Roastery
Rekam jejak historis B.J Habibie. Dok: Azwar Radhif
Rekam jejak historis B.J Habibie. Dok: Azwar Radhif

Barangkali ini bisa terealisasi dengan bantuan banyak pihak, seperti keluarga Habibie, Yayasan Habibie Centre untuk buku-buku Habibie yang totalnya 100an lebih yang ditulis oleh Andi Makmur Makka, penulis kelahiran Parepare yang begitu bersemangat ketika membicarakan Parepare. Penulis buku Habibie, salah satunya Ibrah La Iman untuk Buku Kappala Luttu yang membahas secara fiksi kisah habibie di masa kecilnya, dan tentunya dukungan pemerintah daerah dan masyarakat.

Saya selalu membayangkan betapa menyenangkannya jika Parepare punya museum yang isinya arsip Parepare dari masa ke masa. Ini dapat menjadi upaya melacak perubahan kota dan cerita romantisme, perubahan gaya hidup masyarakat dan arsitektur bangunan yang pelan pelan mulai berubah. Sekaligus melacak jejak historis Parepare yang punya beberapa versi. Tentunya mesti ada space, semacam galeri dan perpustakaan yang isinya koleksi seni dan buku-buku karya penulis Parepare. Yah setidaknya berawal dari sinilah. Parepare butuh museum, kawan!.

Penulis: Azwar Radhif

Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan

Foto: dok Azwar Radhif

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER