Kepala Desa Bone Lemo: Tidak Fair Salahkan MDA Terkait Banjir Bandang

Terkait banjir bandang baru-baru ini, saya selalu katakan, tidak fair menyalahkan Masmindo. Banjir ini adalah bencana alam yang harus diwaspadai bersama. Penting pendidikan kebencanaan kepada warga,” Pernyataan Kepala Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan.

Saya mengamati beberapa bagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Suso sejak Jumat, 12 Juli 2024 pagi dan kembali lagi pada Senin, 15 Juli 2025 sore. Bekas banjir bandang Mei lalu masih tampak. Di dua sisi pinggir sungai, sekitar 30 meter dari kaki jembatan Sungai Lekkopini atau Sungai Suso terdapat dua alat berat jenis excavator tampak rusak. Dari arah jembatan Lekkopini, sebelah kanan tampak terendam dan sebelah kanan nyaris terbalik. Jembatan Lekkopini menghubungkan Desa Bonelemo dengan Desa Saronda, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Saya berdiri di sisi kiri dari arah Jembatan Lekkopini mengamati arus Sungai Suso. Bekas-bekas pokok kayu masih tersisah. Alir sungai suso masih deras dan bergemuruh menerjang bebatuan.  Mulanya, saya berpikir bahwa dua excavator yang berada di pinggir Sungai Suso terbawa banjir bandang. Ternyata, ada benar dan ada salahnya. Sisi benarnya adalah excavator di sisi kiri itu memang terseret arus banjir tapi tidak jauh. Tadinya, excavor itu memang digunakan penambang galian C di Sungai Suso. Namun ada pula cerita bahwa alat berat itu yang digunakan menambang emas ilegal yang berkedok tambang galian C. Informasi ini menggugah rasa ingin tahu saya lebih jauh tentang realitas kehidupan masyarakat setempat dan interaksi mereka dengan alam.

Kondisi excavator sisi kanan sungai suso

“Excavator itu memang sudah ada di situ rusak. Kalau yang satu memang diterjang banjir bandang tapi tidak jauh bergeser. Memang alat itu digunakan menambang di Sungai Suso,” jelas Kepala Desa Bonelemo, Andi Baso, SH ketika kami berbincang di Kantor Kepala Desa Bonelemo.

Lihat Juga:  Terbukti, PT. MDA Pekerjakan Warga Lokal di Kabupaten Luwu

Menanggapi pertanyaan saya tentang siapa pemilik dua alat berat itu, Kak Baso mengaku tidak mengetahui persis karena takut salah sebut nama. Apalagi, ia mengaku belum melakukan penelusuran lebih jauh tentang banjir dan pemilik dua excavator di pinggir Sungai Suso itu.

Baso merespon penyebab banjir bandang Mei lalu dengan mengingatkan untuk tidak sembarang menuduh. Tindakan penting dilakukan saat ini adalah pencegahan korban dan pendidikan antisipasi bencana.

“Saya katakan dimana-mana bahwa tidak fair jika hanya menuduh Masmindo sebagai penyebab banjir bandang itu. Karena banjir baru-baru ini itu adalah memang bencana alam. Ada pokok pohon dengan akar-akarnya terbawa arus juga. Jadi penyebab banjir itu, ada pembukaan lahan perkebunan oleh warga, ada tambang galian C yang menyimpan galiannya di pinggir sungai, ada pelebaran jalan ketika itu oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu. Tentu saja juga ada peran Masmindo karena waktu itu dilakukan pelebaran jalan juga,” terang Kak Baso.

Kondisi excavator sisi kiri Sungai Suso

Andi Baso menyarankan agar Pemerintah Kabupaten menerbitkan tambang galian C yang menyimpan material galiannya di Sungai karena menyebabkan penyempitan dan pendangkalan aliran sungai. Harusnya, menurut Baso, material-material tambang jangan ditumpuk di sungai harus segera diangkut.

Pengerjaan proyek Pemerintah Kabupaten Luwu, urai Andi Baso, juga ada yang menyimpan material bangunan di pinggir sungai. Ini menyalahi AMDAL. Sehingga, saat hujan deras datang pasti terjadi banjir karena sungai tidak mampu menampung debit air.

Andi Baso, SH (kanan), Syamsuddin Simmau (kiri)
Andi Baso, SH (kanan), Syamsuddin Simmau (kiri)

“Banjir bandang lalu itu memang merata, di Enrekang, Toraja, di sini. Itu memang bencana alam. Mari, kita semua untuk siap-siap melakukan penyelematan jika kembali terjadi bencana. Karena banjir di sini sudah terjadi sejak dari ratusan tahun lalu. Jika hujan deras, setiap tahun pasti terjadi banjir,” kunci Kak Baso.

Lihat Juga:  Pj. Bupati Kab.Luwu: Investasi Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan PAD

Pengamatan saya di sekitar DAS Sungai Suso menunjukkan bahwa beberapa alat berat memang beraktifitas di dalam Sungai Suso. Seperti dikatakan Kak Baso, ada banyak material batu hasil tambang masih ditimbun di pinggir Sungai Suso. Demikian, gemuruh aliran Sungai Suso mengajak saya untuk terus menyusuri kisah-kisahnya. Ok, begitulah.

Penulis: Syamsuddin Simmau

Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan

Fotografer: Adiyanto K. & Imran Herman

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER