Parepare, – Maupa.id – Ilham Habibie memberikan orasi ilmiahnya pada acara Pelantikan Forum Insinyur Muda (FIM) Sulawesi Selatan di Rumah Jabatan Walikota Parepare pada 27 Februari lalu. Dalam orasinya, Ilham memberikan penekanan pada peran insinyur dalam pengembangan industri teknologi di daerahnya.
Menurut Ilham, tugas insinyur adalah menawarkan solusi pada satu permasalahan yang dihadapi bangsa, khususnya yang berkaitan pada bidang industri teknologi. Untuk itu, FIM hadir sebagai wadah pengembangan pengetahuan bagi insinyur muda sekaligus bisa membantu mengupayakan lapangan pekerjaan, sebagai ruang pengabdian mereka ke masyarakat.
Ketua PII ini berharap kehadiran insinyur muda ini bisa membantu mengembangkan daerahnya sesuai dengan potensi alam yang dimilikinya. Ilham mengangkat kasus di Sulawesi Selatan yang mempunyai kekayaan alam di sektor pertanian dan kelautan. FIM bisa memberikan inovasi pada produksi pangan untuk membantu pelaku usaha dan masyarakat secara umum.
“Saya kira di Sulawesi Selatan, di Parepare sendiri, satu kata kunci adalah hilirisasi, tapi hilirisasi disini berbeda dengan di tempat yang banyak sumber daya mineralnya. Di sini potensinya di pertanian atau perikanan, hilirisasi disitu adalah permesinan, inovasi teknologinya diarahkan pada potensinya” ujarnya.
Sebagaimana kita ketahui, hilirisasi adalah proses pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi atau setengah jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Hilirisasi bertujuan untuk meningkatkan nilai jual komoditas, memperkuat ekonomi nasional, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.

Konsep hilirisasi yang diusung pemerintah mesti dikontekskan pada potensi ekonomi di daerahnya, misalnya Sulawesi Selatan, hilirisasi disini berbeda dengan hilirisasi tambang. Namun diarahkan pada pengolahan sumberdaya pertanian dan perikanan yang nantinya menjadi komoditas barang jadi yang siap dikonsumsi masyarakat.
Ilham mengambil contoh rumput laut, Sulawesi Selatan menjadi pemasok utama kebutuhan bahan baku rumput laut di Indonesia. Namun, sebagian besarnya diekspor keluar negeri yang kemudian diolah dan diimpor kembali menjadi barang jadi yang tersedia di supermarket di Indonesia.
“Misalnya rumput laut, saya melihat bagaimana kalau kedepannya kita punya industri pengolahan rumput laut, karena rumput laut itu bisa digunakan untuk industri kosmetik, makanan, farmasi yang menggunakan teknologi yang harus kita gunakan yang belum ada di Indonesia. Kalau kita ke supermarket kita temukan produk makanan rumput laut dari jepang, korea dan negara lain yang kita beli lagi dengan mahal. Kenapa kita tidak bikin sendiri disini dan kita sebagai insinyur bisa memberikan inovasi disitu”, sambung Ketua PII ini.
Ilham berharap FIM bisa menjadi tempat para insinyur muda untuk mengembangkan skill dan wawasan ke-insinyuran, sehingga nantinya ilmu mereka bisa digunakan untuk kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan inovasi teknologi berbasis potensi lokal daerahnya.
Penulis: Azwar Radhif
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan