Fakta-Fakta Tentang Sarung yang Banyak Orang Belum Ketahui

Sarung di Indonesia dianggap sebagai pakaian yang mewakili umat Islam. Namun perlu diketahui lebih jauh, Sarung sebenarnya bukan berasal dari Indonesia. Sarung juga dianggap sebagai simbol perlawanan pada masa penjajahan.

maupa.id – Sarung di Indonesia dikenal sebagai suatu Identitas khususnya umat muslim. Sarung biasanya sering digunakan pada peribadatan umat Muslim. Sejak dahulu pada zaman penjajahan, para santri  selalu mengenakan sarung dikesehariannya. Mengutip buku berjudul “Peradaban Sarung” karya  Ach. Dhofir Zuhry, Sarung berasal dari kata Syar’un yang berarti syariat atau aturan agama bermakna bahwa umat muslim khususnya para santri memegang teguh syariat Islam. Bahkan di beberapa tempat di Indonesia, sarung dianggap sebagai simbol dari sifat kesopanan dan kebijaksanaan. Berikut beberapa fakta-fakta menarik dari sarung yang jarang diketahui:

1. Sejarah Sarung

Selama ini, banyak orang Indonesia menganggap Sarung sebagai identitas bangsa. Padahal jika ditelusuri lebih jauh, dalam buku “Wonderful Islam” karya Muhammad Khalil sarung berasal dari Yaman yang biasa juga di sebut Futah. Dulunya, di Yaman sarung hanyalah potongan kain polos yang dicelupkan ke cairan pewarna agar menarik walaupun tanpa motif yang seperti masayarakat Indonesia saat ini kenal. Masyarakat Mesir yang lekat dengan pakaian serba tertutup bahkan menganggap sarung bukan sebagai pakaian untuk ibadah, mereka hanya memakainya ketika hendak beristirahat. Sarung di Indonesia pertama kali muncul pada abad ke 14, ketika para saudagar laki-laki Arab dan  India yang datang ke Indonesia. Masyarakat Indonesia yang melihat para saudagar Arab dan India memandang  bahwa sarung merupakan pakaian yang sederhana, simple dan fleksibel hingga akhirnya Masyarakat Indonesia juga mulai ikut mengenakan sarung.

Teknik pewarnaan kuno dalam Peradaban jawa yang biasa dikenal dengan batik menjadi muasal asimilasi budaya antara bangsa arab dan suku melayu. Ada banyak ragam motif-motif corak yang kemudian diadaptasi kedalam sarung. Seiring perkembangan jaman, daerah-daerah di Indonesia memiliki corak khasnya masing-masing dalam sarung yang dapat mewakili setiap daerah. Saking pentingnya Sarung, Presiden Indonesia ke 7, Joko Widodo (Jokowi) menetapkan tanggal 3 maret sebagai Hari Sarung Nasional.

Lihat Juga:  Tips dan Trik Merintis Toko Buku, Bisnis Cuan nan Mulia

2. Sarung simbol perlawanan

Pada masa-masa kelam penjajahan di Indonesia, Sarung menjadi simbol perlawanan. Gaya hidup dan pakaian yang bermegah-megahan para penjajah membuat masyarakat Indonesia pada saat itu menentang dan enggan mengikutinya, karena menurut pribumi pakaian dan gaya hidup penjajah selalu diidentikkan dengan kesombongan dan segala hal yang negatif. Para kyai dan pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia banyak memakai Sarung sebagai simbol bentuk perlawanan terhadap budaya Barat. KH. Abdul Wahab Hasbullah, seorang tokoh penting di Nahdhatul Ulama (Nu) yang juga pejuang kemerdekaan diundang ke Istana oleh Presiden Pertama Indonesia Soekarno Hatta bersikukuh memakai sarung dan jas walaupun protokol Istana mewajibkan seluruh undangan untuk memakai pakaian formal. Menurut beliau, sarung merupakan identitas bagi dirinya sebagai seorang pejuang yang berkali-kali melawan penjajah. Beliau hendak menunjukkan pada dunia bahwa harkat dan martabat bangsanya lebih tinggi dari budaya-budaya barat.

3. Putri Obama Memakai Sarung

Dikutip dari laman Detik.news, pada kesempatan Barack Obama berkunjung ke Indonesia tepatnya di Bali terlihat Obama dan Putrinya memakai sarung ketika berjalan mengunjungi Pura Gunung Kawi. Bukan hanya umat Muslim, sarung menurut umat Hindu adalah pakaian wajib yang harus dikenakan ketika mengunjungi tempat ibadah.

4. Popularitas Sarung

Sarung Indonesia yang terkenal dengan corak khasnya, membuat permintaan sarung di pasar global semakin meningkat. Sejauh ini, sarung telah diperdagangkan beberapa negara-negara asia bahkan hingga ke Yaman, Afrika, Somalia, Arab Saudi dan masih banyak lagi. Sarung di luar negeri saat ini dianggap bukan hanya sebagai pakaian untuk peribadatan, namun dapat menjadi fashion menarik jika dipadukan dengan elemen fashion lainnya yang dapat dipakai dikeseharian. Sarung tradisional di pasar global dianggap sebagai barang yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan sarung-sarung yang diproduksi secara massal, karena menurut orang-orang luar negeri menganggap proses pembuatan sarung tradisional  lebih ramah lingkungan.

Lihat Juga:  Mengarsipkan Habibie dari Sudut Pandang yang Berbeda

Penulis: Muhammad Fauzy Ramadhan

Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan

Foto: Ilustrasi Walpaperflare.com

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER