Parepare, Maupa.id – Toko Buku Interaksi kembali ramai sore itu (12/5), ruangan yang dipenuhi rak buku tak mencukupi bagi peserta untuk ikut duduk menyimak diskusi, sehingga mereka memadati pekarangan toko buku itu. Sore itu Toko Buku Interaksi kembali mengadakan kegiatan Cerita Buku. Kegiatan ini merupakan program rutin bulanan menghadirkan penulis ataupun pembaca yang akan memantik pembahasan buku.
Cerita buku kali ini menghadirkan dua penulis yang baru saja menerbitkan bukunya. Adalah Asran Salam dan Babra Kamal, kedua penulis yang sedang mengadakan touring ke beberapa daerah untuk membahas buku barunya. Syukurnya Interaksi ditunjuk untuk menjadi tuan rumah diskusi buku untuk Parepare. Kegiatan Cerita Buku ini berkolaborasi dengan Penerbit Subaltern yang menjadi penerbit untuk kedua buku ini. Asran Salam menerbitkan “Kita, Buku dan Dunia yang Misteri” berisi kumpulan esai filsafat keseharian. Sedang Babra Kamal menerbitkan buku barunya bergenre esai politik berjudul “Menemukan Kembali Nation Kita”.

Diskusi dibuka oleh Agus yang menjadi modetor. Agus yang juga merupakan koordinator Subalternian Parepare kemudian memberikan kesempatan kepada Asran Salam untuk menceritakan proses pengkaryaannya. Asran menjelaskan keseluruhan isi buku ini yang merupakan kumpulan esai yang ditulisnya sejak beberapa tahun lalu. Hampir semua isi bukunya membahas isu keseharian menggunakan pendekatan filsafat. Asran memcoba menyederhanakan pemikiran filsafat dengan isu sehari-hari menggunakan bahasa yang sedikit ringan. Tak lupa pula membahas isu literasi yang digelutinya sejak duduk di bangku kuliah.
Selanjutnya, Babra Kamal memantik diskusi politik dengan membahas beberapa esai dibukunya. Babra menjelaskan akar historis darimana konsep bangsa itu berasal dan bagaimana kondisi Indonesia hari ini sebagai suatu bangsa yang terpisah oleh sejarah dan ketimpangan pembangunan sejak masa orde baru silam. Khususnya daerah Indonesia Timur yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah sejak dulu. “Bagi saya Indonesia itu harga hidup. Meskipun gagasan kebangsaan kita itu dirusak oleh kebijakan pemerintah yang membuat kita kecewa,” ujar Dosen di Universitas Teknologi Sulawesi ini.

Hal ini disambut dengan pendiskusian soal konsep kebangsaan Indonesia. Beberapa penanggap mulai mempertanyakan seberapa relevan gagasan negara kesatuan selama Indonesia berdiri. Hingga muncul beberapa alternatif konsep kebangsaan, seperti federasi hingga negara serikat. Konsep ini berangkat pada asumsi sentralisasi pembangunan dan otonomi setiap daerah mengelola pemerintahannya, serta bagaimana aspirasi mereka sampai di pusat yang notabenenya berjarak ribuan kilometer darinya.

“Contohnya, jika mengacu pada sistem pemilihan umum hari ini, maka sepertinya mustahil ada orang Sulawesi yang terpilih menjadi presiden,” tutur Asran Salam dalam satu diskusi yang hangat bak sedang membahas masa depan negara.
Penulis: Azwar Radhif
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan