Produk tanaman hortikultura dan peternakan di Kabupaten Luwu belum memenuhi kebutuhan konsumen. Demikian penjelasan Kepala Dinas Perdagangan (Kadisdag) Kabupaten Luwu, Ruslang, S.T. kepada maupa.id.
Belopa – maupa.id – Kebutuhan hasil pertanian jenis hortikultura atau sayuran dan peternakan, khususnya telur, di Kabupaten Luwu (Luwu) belum terpenuhi. Produksi pertanian dan peternakan dalam wilayah Luwu belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen di dalam Luwu sendiri. Pasokan sayuran umumnya dipasok dari daerah lain seperti Enrekang. Sementara telur dipasok dari Sidenreng Rappang (Sidrap).
“Sayur-sayuran itu kebanyakan dari Kabupaten Enrekang. Kemudian, ayam, itu ada yang masuk dari Bone, Sidrap, bahkan dari Bulukumba. Telur juga begitu, ya. Bukan berarti tidak ada diproduksi di Luwu tapi belum mampu memenuhi kebutuhan,” jelas Ruslang.
Jenis komoditi, urai Ruslang, seperti kakao (coklat), cengkih, pala dan sagu adalah jenis komoditi berpotensi menjadi industri di Luwu.
“Kalau yang paling besar mendorong perekonomian masyarakat itu adalah padi. Kemudian sayur-sayuran yang sudah mulai diproduksi dari daerah pegunungan di Luwu. Khusus sayuran memang belum memenuhi kebutuhan konsumsi di sini,” tandas Ruslang, S.T.
Informasi di atas menunjukkan bahwa peluang investasi di bidang pertanian jenis hortikultura (sayuran) dan peternakan, khususnya telur di Luwu masih besar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Sensus Pertanian Kabupaten Luwu 2023, Jumlah rumah tangga petani jenis hortikultura terbanyak di Larompong Selatan sebanyak 1.890 keluarga, kemudian Walenrang Utara sebanyak 1.670 dan Larompong sebanyak 1.341 keluarga. Jumlah pengelola usaha pertanian perorangan di Luwu sebanyak 57.070 orang dengan rincian sebanyak 49.612 laki-laki dan 7.458 perempuan.
Penulis: Syamsuddin Simmau
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan
Reporter: Adyanto K.
Foto/videorafer: Imran Herman