Belajar Mitigasi Bencana dari Leluhur

“Alam tidak pernah berdusta. Belajarlah dari alam. Alam mengajari kita integritas, solidaritas dan lainnya,” Pernyataan Andi Baso, SH, Kepala Desa Bonelemo, Kecamatan Bajo Barat Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Pembelajaran dari kehidupan masyarakat dan alam di sekitar pegunungan Latimojong Kabupaten Luwu saya mulai. Saya tiba di Belopa, Ibu Kota Kabupaten Luwu, pada Rabu, 10 Juli 2024. Saya berpamitan kepada istri dan empat orang anak saya di Makassar pada Selasa, 9 Juli 2024. Jarak dari Kota Makassar, tempat saya dan keluarga bermukim dengan Belopa sejauh 317,5 km. Saya bersama fotografer, Imran Herman, berangkat dari Makassar sekira pukul 10 malam dan tiba di Kota Belopa sekira pukul 5 pagi.

Dengan menyebut nama Tuhan, desa tujuan perjalanan awal adalah Desa Bone, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu,. Bonelemo, salah satu desa yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Salo Suso (Sungai Suso). Sungai Suso berhulu di Kecamatan Latimojong. Desa Bone Lemo juga mengalami dampak banjir bandang bulan pada Mei 2024 lalu. Sungai Suso meluap ketika itu, menelan korban jiwa dan harta, sebagian penduduk di Kecamatan Latimojong terisolasi. Tapi tidak ada korban jiwa dari warga Desa Bonelemo.

Saya memilih Desa Bonelemo sebagai tujuan awal karena Kepala Desa Bone Lemo, Andi Baso, SH adalah salah seorang dari banyak guru tempat saya belajar lingkungan dan kehidupan. Kak Baso, demikian saya menyapanya akrab, sejak tahun 1990an, adalah aktifis lingkungan hidup. Lelaki murah senyum dan akrab pula disapa Ustadz Baso ini, pernah aktif di Lembaga Mitra Lingkungan (LML) di Makassar. Ketika itu hingga kini, Ia masih berinteraksi dengan kawan-kawan di Wahana Lingkingan Hidup Indonesia (Walhi) dan pegiat lingkungan lainnya. Inilah alasan pertama saya ke Desa Bone Lemo. Saya datang bersilaturrahmi sekaligus mappatabe’ (meminta restu dan arahan) kepada beliau.

Kunjungan saya untuk mappatabe’ ke Desa Bonelemo terjadi pada Jumat 12 Juli 2024. Saya dan Kak Baso berbincang beberapa saat tentang maksud kedatangan saya. Kami bercengkrama layaknya kaka-adik. Alhamdulillah, beliau menerima saya dengan senang hati.

Lihat Juga:  Kadis LHK Luwu: Masmindo Taat AMDAL dan Regulasi

Kunjungan kedua saya pada Senin, 15 Juli 2024 ke Bonelemo sesungguhnya adalah awal dari proses belajar serius saya lagi kepada masyarakat dan alam di sekitar Latimojong. Walaupun usia saya sudah tidak terbilang muda tapi belajar adalah kebutuhan seumur hidup. Ok, begitu kira-kira.

Hari masih belia, sekira pukul 8 pagi. Saya mengendari motor seorang petani, yang diberi nama grandong oleh pemiliknya. Motor ini telah mengalami renovasi ful menyerupai motor “cross” sporty menjadi moda pengangkut hasil pertanian. Alangkah baiknya Pak Herman dan keluarganya karena bersedia meminjamkan motornya kepada saya untuk belajar dari kehidupan masyarakat dan alam di sekitar Gunung Latimojong. Terimakasih.

Saya tiba di Desa Bonelemo bersama tim sekitar pukul 9 pagi. Kak Baso telah menunggu kami Kantor Kepala Desa Bonelemo, kantor Kak Baso sejak tahun 2020 sampai 2028 nanti. Perbincangan pun kami mulai.

Kepala Desa Bonelemo, Andi Baso, SH (kiri) dan Syamsuddin Simmau (kanan)
Kepala Desa Bonelemo, Andi Baso, SH (kiri) dan Syamsuddin Simmau (kanan)

“Alam tidak pernah berdusta. Belajarlah dari alam. Alam mengajari kita integritas, solidaritas dan lainnya,” ucap Kak Baso. Tentu saja saya lebih banyak diam untuk mendengar kemudian bertanya kepadanya.

“Sejak dulu, bencana banjir sudah terjadi di sini, bahkan ratusan tahun lalu. Sejak saya di sini, sejak kecil sampai sekarang, banjir pasti terjadi ketika hujan lebat. Makanya leluhur kami telah mengajarkan kepada kami nilai-nilai kearifan luhur,” jelasnya.

Salah satu kearifan yang diwariskan leluhur kepada Kak Baso adalah ra’ba biang. Pesan dari ra’ba biang adalah terjadi banyak kematian pada waktu tertentu. Terjadi kematian manusia, hewan ternak dan tanaman secara massif. Inilah yang dimaksud dengan bencana.

“Jadi, sejak dulu orang tua kami telah mengingatkan tentang kewaspadaan ketika bencana datang. Inilah yang sekarang disebut mitigasi bencana,” jelas Kak Baso yang juga bergelar Tomakaka Puang Baso, salah satu gelar kebangsawanan masyarakat Bonelemo dan daerah sekitar Latimojong.

Lihat Juga:  Toko Buku Interaksi Kembali Gelar Bazar Buku Cakar

“Ketika terjadi bencana maka yang pertama harus kita selamatkan adalah diri kita dulu baru menolong orang lain. Kita harus memiliki pemahaman tentang bencanaan dan pengetahuan penyelamatan. Namanya mitigasi bencana,” urai Puang Baso.

Sekarang, lanjut Kak Baso, mitigasi bencana dilakukan nanti kalau terjadi bencana. Seharusnya, dilakukan pencegahan, inilah inti mitigasi bencana sebenarnya.

“Jangan nanti terjadi korban jiwa, harta dan lainnya baru panik. Makanya, leluhur telah mengajarkan kami kewaspadaan. Itulah mengapa kami menyusun peta rawan bencana, bukan dalam bentuk peta gambar, tapi peta lapangan. Di tempat-tempat atau titik rawan bencana, kami simulasi kepada masyarakat bahwa jika terjadi bencana maka cari tempat-temmpat aman untuk menyelamatkan diri. Kami simulasikan tempatnya dan tunjukkan caranya. Jadi warga sudah siap jika terjadi bencana,” terang Kak Baso.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan Kepala Desa Bonelemo adalah merelokasi warganya yang berada di daerah rawan bencana, seperti banjir dan tanah longsor.

“Kami melakukan pencegahan dengan merelokasi warga di daerah rawan bencana. Sudah tujuh kepala keluarga, kami relokasi,” kunci Kak Baso.

Kantor Kepala Desa Bonelemo dan staf yang juga mendengar percakapan kami adalah saksi pembelajaran saya hari ini. Saya dan tim kemudian meminta izin untuk menikmati panorama Desa Bonelemo yang dikelilingi pegunungan, hamparan sawah, perkebunan, gemuruh aliran Sungai Suso dan tentu saja Gunung Latimojong yang tampak biru dari arah Bonelemo. Di sela lembah pegunungan Latimojong tampak awan putih berarak diapit deretan gunung dengan gradasi warna biru menjadi hijau melampaui keindahan lukisan seorang maestro. Hmm. Thanks God.

Penulis: Syamsuddin Simmau

Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan

Fotografer: Adiyanto K. & Imran Herman

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER