Bawang Merah Goreng To’barru Gurih, Butuh Pasar Lebih Besar selain ke MDA

Umumnya warga Desa To’barru, Kecamatan Latimojong sudah dilatih memproduksi bawang merah goreng berkualitas tinggi. Pelatihan produksi bawang merah goreng ini difasilitasi oleh PT. Masmindo Dwi Area beberapa waktu lalu. Demikian penjelasan Kepala Desa To’barru, Kecamatan Latimojong, Hadrianto kepada maupa.id

Luwu – Maupa.id – Menurut Kepala Desa To’barru, Kecamatan Latimojong, Hadrianto, rata-rata ibu-ibu di desa To’barru sudah memahami dan mampu mempraktekkan produksi bawang merah goreng yang renyah dan gurih. Ibu-ibu dan remaja putri sudah dilatih, mulai dari proses pengolahan bawang merah, seperti caranya dibersihkan, penggorengan, campurannya supaya renyah dan gurih, semua sudah diajarkan.

“Bahkan, juga diajarkan pengemasan yang baik dan tahan lama. Semua sudah diajarkan atas dukungan Masmindo,” jelas Pak De, sapaan akrab Kepala Desa To’barru, Hadrianto.

Menanggapi tentang ketersediaan bawang merah sebagai bahan baku utama, Pak De Hadrianto mengatakan, masyarakatnya dulu banyak yang membudidayakan bawang merah. Sehingga, bahan baku selalu tersedia. Hanya saja, karena harga bawang merah fluktuatif maka kadang harga bawang merah lebih mahal jika dijual langsung dari pada dibuat bawang goreng. Sehingga, banyak petani yang menjual langsung bawangnya ke pengepul.

Sebenarnya, menurut Hadriyanto, jika pasar terbuka luas produksi bawang goreng merah masyarakat Desa To’barru bisa lebih banyak. Tapi karena pasar masih terbatas untuk disuplai masuk ke MDA maka beberapa masyarakat berhenti produksi.

Bahan baku melimpah, hasil panen bawang merah di Dosa To'barru. Foto: Dok. Desa To'barru
Bahan baku melimpah, hasil panen bawang merah di Dosa To’barru. Foto: Dok. Desa To’barru

“Pasar yang ada masih sekitar 20 kilogram saja. Jadi masih sangat kecil. Itu pun untuk disuplai masuk ke Masmindo. Jadi, masih sangat terbatas, padahal kapasitas produksi masyarakat kami sangat besar. Bahkan, bisa sampai ratusan kilogram karena banyak bahan baku, bawang merah,yang diproduksi masyarakat sendiri,” jelas Pak De To’barru.

Tentang kualitas produksi, Hadriyanto, menjamin kualitas produksi bawang merah goreng masyarakat Desa To’barru.

“Pokoknya, kualitas ok, renyah gurih. Kemasan juga sudah terlihat menarik. Hanya memang belum ada pemasaran yang professional. Sehingga pasarnya masih terbatas masuk ke perusahaan,” jelas Hadriyanto.

Lihat Juga:  Pelaku Umkm Di Parebeach Kuliner Kembali Didesak Membayar Retribusi
Suasana Pelatihan Produksi Bawang Goreng di Desa To'barru. Foto: Dok. Desa To'barru
Suasana Pelatihan Produksi Bawang Goreng di Desa To’barru. Foto: Dok. Desa To’barru

Menurut Pak De Anto, sapaan akrab Pak De To’barru, produk bawang merah goreng ini dapat menjadi produk industri rumah tangga spesifik Desa To’barru. Bawang goreng ini dapat menjadi produk inovatif dan produk andalan Desa To’barru.

“Jadi kami berharap ada pengembangan pasar untuk produk bawang merah goreng masyarakat kami. Ini bisa jadi produk andalan desa kami. Tentu bukan hanya produk akhirnya, tapi bawang merah bisa menjadi komoditi andalan masyarakat Desa To’barru ke depan.

Produk bawang goreng renyah Desa To'Barru dalam kemasan.
Produk bawang goreng renyah Desa To’Barru dalam kemasan.

Karena keterbatasan pasar, lanjut Hadriyanto, saat ini tinggal ada satu usaha yang bertahan dan masih terus berproduksi. Usaha ini menerima pesanan dari luar dan khususnya untuk memenuhi permintaan perusahan MDA.

“Jadi masih ada satu usaha yang bertahan dan terus berproduksi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Artinya, jika pasar ada maka banyak lagi kelompok usaha yang bisa produktif,” tandas Kepala Desa To’barru, Hadriyanto.

Penulis: Syamsuddin Simmau
Editor: Muhammad Fauzy Ramadhan
Foto/Video: Dok. Maupa.id dan Hadriyanto.

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU

BERITA POPULER